Dalam webinar di Jakarta, Kamis, Satori mengatakan Nabi Muhammad melalui haditsnya bersabda bahwa sembilan dari sepuluh pintu rezeki adalah melalui berdagang/bisnis. Maka, dari petunjuk itu jelas jika bisnis dapat mendatangkan laba yang besar sehingga nilai zakat yang wajib ditunaikan juga lebih banyak dan dapat dipakai untuk membantu kalangan lemah.
"Pintu rezeki dari jalur bisnis ini sepersembilan dari sepuluh pintu rezeki. Kalau tidak dari bisnis, kita hanya menemukan sepersepuluhnya saja," katanya.
Baca juga: Anggota Komisi VIII DPR nilai target Baznas terlalu kecil
Baca juga: ZIS Baznas Januari-Juni 2020 meningkat 46 persen
Selain berdagang, terdapat pintu rezeki dari jalur seperti karyawan yang penghasilannya bisa lebih kecil.
Dia mencontohkan jika dari jalur selain bisnis seseorang bisa menghasilkan Rp10 triliun. Sementara dari jalur bisnis bisa menghasilkan sepuluh kali lipatnya senilai Rp100 triliun. Dari hasil yang didapatkan itu akan terkena wajib zakat 2,5 persen dari pendapatan.
Menurut dia, tentu penghimpunan zakat akan semakin besar dari hasil bisnis karena akan dipotong 2,5 persen dari Rp100 triliun tersebut dibanding dari Rp10 triliun. "Ini jika kita ingin meningkatkan penghimpunan zakat," katanya.
"Kalau ingin himpunan zakat maksimal, masalah bisnis ini harus dimaksimalkan," kata dia.
Baca juga: BAZNAS raih penghargaan komitmen kesejahteraan sosial Cambridge
Dalam webinar yang sama, Nurhayati Subakat, menceritakan hubungan zakat dan kisah sukses PT Paragon Technology and Innovation (produsen kosmetik Make Over, Emina dan Wardah) yang dia rintis sejak pertengahan 1980-an.
Nurhayati mengatakan pertumbuhan bisnis Paragon jatuh bangun, tetapi dengan rajin menunaikan membayar zakat perusahaan ternyata segala tantangan dapat diatasi bahkan diberi kemudahan jalan oleh Allah SWT.
Dia mengatakan Paragon menunaikan zakat perusahaan sebesar 10 persen dari pendapatan bisnisnya. Nilai itu lebih besar dari kewajiban zakat yang mensyariatkan 2,5 persen. Sebagai contoh manfaat zakat perusahaannya adalah ketika tahun 1998 dengan banyak usaha gulung tikar, tetapi Paragon justru semakin berkibar.
Pada 2014, kata dia, Paragon meluncurkan Emina sebagai kosmetik kalangan milenial yang menemukan momentumnya ketika generasi muda mencari perlengkapan rias sesuai usia. Kemudian saat pandemi COVID-19 ini, ketika banyak perusahaan merugi dan melakukan PHK, Paragon terhindar dari kebijakan memberhentikan karyawan.
Baca juga: BAZNAS-AXA Mandiri salurkan donasi masyarakat terdampak COVID-19
Nurhayati meyakini pertumbuhan usaha yang dia kelola bersama keluarga hingga menjadi salah satu terbesar di Indonesia tidak terlepas dari menunaikan zakat dan semangat berbagi.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020