"Pasien setelah serangan jantung atau penyakit jantung koroner bukan berarti pasien cacat, ada proses namanya pemulihan, dia bisa hidup normal, kembali beraktivitas, berhubungan seksual dengan pasangan. Tetapi harus mengukur kapan," ujar ujar dokter spesialis jantung dan pembuluh farah, konsultan kardiologi intervensi dan konsultan elektrofisiologi Eka Hospital Bekasi, Ignatius Yansen NG dalam diskusi via daring, Jumat.
Dia tak bisa langsung serta merta kembali ke rutinitas kegiatannya, tetapi harus melalui pemulihan lalu mendapatkan evaluasi dari dokter. Tahap inilah yang bisa menentukan kapan pasien bisa kembali melakukan kegiatan sehari-harinya.
"Kalau kapastias fungsional sudah baik, aktivitas seksual biasa tidak ada hambatan," kata Yansen.
Baca juga: Serangan jantung bisa dipicu beban kerja dan aktivitas fisik berat
Baca juga: Cokelat bagus untuk pembuluh darah jantung, tapi ada syaratnya
Sebelumnya, dr Dito Anurogo pernah mengungkapkan dalam tulisannya, serangan jantung terjadi setiap 43 detik saat aliran darah pembawa oksigen ke otot jantung terganggu atau tersumbat. Sumbatan ini bisa disebabkan timbunan kolesterol, lemak atau lainnya yang membentuk plak di pembuluh arteri koroner.
Gejala yang dialami penderita bisa beragam namun umumnya nyeri atau rasa tak nyaman di dada, sakit kepala, muncul keringat dingin, mual atau muntah, seperti yang pernah dialami selebritas Jeremy Tety pada tahun 2016.
"Pernah main tenis kayak keleyengan, kok kayak gempa bumi, asam lambung naik. Di situ perlahan-lahan minggir, menyandar di pagar, minum minuman panas lalu normal lagi. Beberapa hari kemudian syuting muntah-muntah sepajang jalan sampai rumah," kata Jeremy.
Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan ada penyumbatan di pembuluh darahnya, salah satunya terletak di bawah jantung. Jeremy lalu mendapatkan tindakan katerisasi hingga pemasangan ring di jantungnya.
Baca juga: Rokok elektrik sebabkan tingkatkan tekanan darah dan jantung
Baca juga: Manfaat mangga mentah, jaga kesehatan jantung hingga cegah mual
Baca juga: Dokter ingatkan kurangi asupan tidak sehat saat pandemi
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020