Gerakan Pemuda Ansor Jawa Tengah mendesak jajaran kepolisian untuk menangkap kelompok intoleran yang beraksi usai doa bersama menjelang pernikahan di Kampung Mertodranan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, pada Sabtu (8/8) malam.
"Kami mendesak kepolisian menindak tegas para perusuh itu. Kami juga mendorong aparat menjamin rasa aman pada siapapun warga Indonesia untuk menyelenggarakan kegiatan adat yang tidak melanggar norma yang berlaku," kata Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor Jawa Tengah H Sholahuddin Aly (Gus Sholah) melalui keterangan pers yang diterima ANTARA di Semarang, Minggu.
Ia menegaskan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara hukum sehingga segala persoalan harus diselesaikan melalui jalur hukum yang ada.
Baca juga: Analis: Pemahaman parsial picu sikap keras dan intoleran
Oleh karena itu, lanjutnya, siapapun yang terlibat dalam aksi brutal tersebut harus ditindak tegas dan diusut tuntas demi menjaga kepercayaan publik kepada aparat penegak hukum.
"Selain itu, kami juga mengecam tindakan brutal dan main hakim sendiri oleh sekelompok orang di Solo," ujarnya.
Ketua PC GP Ansor Kota Surakarta Arif Sarifudin menambahkan pihaknya prihatin dengan aksi anarkistis di Pasar Kliwon Solo.
Baca juga: BPIP: Intoleran akibat tidak biasa berpikir reflektif
"Kami mengecam tindakan anarkis ini. Kita mendorong aparat kepolisian untuk segera menindak tegas pelakunya," katanya.
Saat ini, kata Arif, suasana di Kota Surakarta relatif aman dan normal, namun pihaknya juga mengimbau pada masyarakat untuk tidak terpancing dengan provokasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
"Kita jaga Kota Solo agar tetap aman dan kondusif, terlebih menjelang Pilkada 2020," ujarnya.
Aksi kelompok intoleran tersebut mengakibatkan tiga orang luka-luka dan beberapa unit kendaraan rusak.
Baca juga: Generasi milenial jangan sampai terkena virus intoleran-radikalisme
Pewarta: Wisnu Adhi Nugroho
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2020