• Beranda
  • Berita
  • Kemendikbud minta guru lakukan asesmen diagnostik kepada peserta didik

Kemendikbud minta guru lakukan asesmen diagnostik kepada peserta didik

10 Agustus 2020 20:00 WIB
Kemendikbud minta guru lakukan asesmen diagnostik kepada peserta didik
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Totok Suprayitno di Jakarta, Senin (10/8). (ANTARA/Indriani)

pada kondisi normal saja, meski diajar guru yang sama tapi capaian belajarnya berbeda-beda

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Totok Suprayitno meminta guru melakukan asesmen atau penilaian diagnostik kepada peserta didik.

"Perlu bapak/ibu guru melakukan asesmen diagnostik kepada setiap anak didiknya. Hal itu perlu karena pada kondisi normal saja, meski diajar guru yang sama tapi capaian belajarnya berbeda-beda," ujar Totok dalam taklimat media secara daring di Jakarta, Senin.

Berbedanya capaian pembelajaran tersebut, lanjut Totok, juga dipengaruhi kondisi ekonomi keluarga peserta didik. Biasanya anak yang keluarganya mengalami kesulitan ekonomi lebih tertinggal dalam capaian pembelajaran.

Baca juga: Kemendikbud luncurkan tujuh program kemitraan vokasi dan industri

Oleh karena itu, asesmen tersebut perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi capaian pembelajaran peserta didik.

"Jadi bisa diketahui siapa saja yang tertinggal dan perlu dibantu. Untuk itu diperlukan asesmen diagnostik, instrumennya kami sediakan," jelas dia lagi.

Totok menjelaskan selain melakukan relaksasi pembukaan sekolah di zona kuning, Kemendikbud juga meluncurkan kurikulum darurat. Kurikulum tersebut diluncurkan dari berbagai survei yang dilakukan Kemendikbud.

Baca juga: 117 SMA/SMK di Garut siap laksanakan belajar tatap muka

"Bagaimanapun anak belajar tanpa didampingi guru mengalami kendala, mereka kehilangan dalam pembelajaran. Salah satu cara dalam mengatasinya, di daerah zona hijau dan zona kuning boleh dibuka dengan berbagai prasyarat," jelas Totok.

Salah satu poin dari kurikulum darurat itu, yakni guru tidak perlu mengejar ketuntasan kurikulum, sekolah mengurangi muatan yang kurang penting dan hanya mengambil yang penting saja. Sehingga kalau guru merasa berat, maka bisa dipilih muatan apa yang penting.

Pilihannya memilih kompetensi yang dipilih, atau melakukan pemetaan sendiri dan dibuat rencana pembelajarannya.

Baca juga: Konjen RRT di Denpasar serahkan beasiswa studi bahasa Mandarin

Sementara bagi yang menjalankan rencana pembelajaran kurikulum asli juga dapat disederhanakan. "Juga bisa memilih menggunakan kurikulum darurat yang disediakan."

Kemendikbud juga meluncurkan modul pembelajaran untuk membantu peserta didik dalam melakukan pembelajaran di rumah.

Baca juga: Bamsoet minta Kemendikbud bantu atasi kendala perkuliahan daring

 

Pewarta: Indriani
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020