Kepala Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Didi Satiadi mengatakan fenomena awan berbentuk gelombang "tsunami" merupakan awan Arcus.Posisinya biasanya cukup dekat permukaan sehingga terlihat mungkin agak menyeramkan
"Awan ini biasanya dianggap sebagai asesoris (tambahan) dari awan cumulonimbus. Posisinya biasanya cukup dekat permukaan sehingga terlihat mungkin agak menyeramkan," kata Didi saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, awan Arcus tidak berhubungan dengan kemunculan tornado tetapi dapat mendatangkan hujan atau hujan badai.
Baca juga: Lapan: Awan mirip gelombang tsunami tanda badai segera muncul
Kemunculan awan Arcus menjadi tanda adanya angin yang kuat akan segera muncul.
Didi menuturkan awan Arcus atau lebih populer dikenal dengan awan tsunami terbentuk oleh downburst (angin kencang ke bawah) dari awan cumulonimbus yang tertahan permukaan tanah dan berbelok horizontal menjadi windgust (hembusan angin) yang dingin dan mengangkat udara lembap ke atas sehingga terbentuk awan Arcus (Shelf Cloud).
Munculnya awan yang menyerupai gelombang tsunami sempat membuat sebagian warga heboh.
Baca juga: Penjelasan BMKG terkait fenomena awan berbentuk tsunami di Aceh
Kemunculan awan itu juga menjadi perhatian Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan (Treak) Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA)-Lapan.
Salah satu anggota tim Treak, Ina Juaeni dalam keterangannya di instagram Lapan mengatakan awan Arcus bisa muncul dalam beberapa bentuk.
"Beberapa muncul dengan penampakan yang indah sementara sebagian lagi muncul dalam bentuk yang menyeramkan," ujarnya.
Ina menuturkan awan Arcus sangat jarang ditemukan. Awan Arcus adalah awan tambahan (asesori) yang berkembang dan mati tergantung kepada awan induknya.
Awan Arcus memiliki struktur horizontal yang biasanya terlihat sepanjang front bersama awan cumulonimbus.
Baca juga: Fenomena awan layaknya tsunami di Aceh akibat dinamika atmosfer
Awan tersebut biasanya terbentuk pada ketinggian dekat permukaan sampai 1,9 kilometer.
Ina menuturkan Arcus berbentuk gulungan panjang secara horizontal biasanya terpisah dari awan induk (cumulonimbus), sedangkan awan Arcus datar/papan panjang secara horizontal bersatu dengan dasar awan cumulonimbus.
Awan Arcus terbentuk jika udara dingin dari dalam sistem badai turun dan menyebar. Udara dingin itu menghambat kenaikan massa udara panas.
Ketika udara dingin naik bersamaan dengan udara panas yang lembab, mengalami kondensasi. Gulungan awan terbentuk karena shear angin.
Baca juga: Fenomena awan hitam mirip gelombang tsunami gegerkan warga di Aceh
Bagian luar awan nampak halus sementara bagian dalam awan terlihat kasar karena angin yang kuat.
Baik Arcus berbentuk gulungan maupun Arcus datar merupakan peringatan akan adanya hujan badai.
Awan arcus bentuk gulungan sangat jarang, bentuk datar lebih sering ditemukan. Awan itu biasanya ditemukan sepanjang pantai, namun bisa juga terbentuk di wilayah bukan pantai.
Ina menuturkan ketika ada awan panjang di dasar cumulonimbus itu adalah awan Arcus yang berarti hujan lebat akan segera datang.
Baca juga: Lapan: Pesawat N219 amfibi ditargetkan uji terbang sebelum 2023
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020