Survei daring (online) yang dilakukan Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2E LIPI) terhadap dampak COVID-19 untuk ekonomi rumah tangga memperlihatkan gambaran masyarakat relatif pesimistis pandemi akan dapat selesai pada 2020 dan terjadi pemulihan dalam jangka waktu cepat.relatif pesimistis pandemi ini akan berakhir dan pemulihan dalam waktu cepat
"Mungkin mayoritas rumah tangga baik pekerja atau berusaha itu relatif pesimistis pandemi ini akan berakhir dan pemulihan dalam waktu yang cepat," kata Kepala Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Dr. Agus Eko Nugroho dalam konferensi pers virtual yang dipantau di Jakarta pada Rabu.
Survei yang diadakan LIPI pada 2258 rumah tangga, dengan hanya 1.548 sampel yang mengisi semua pertanyaan survei, membaginya dalam dua jenis yaitu yang memiliki pencari nafkah utama berstatus sebagai pegawai (79,7 persen) dan sebagai wirausaha (20,3 persen).
Survei dilakukan di 32 provinsi di Indonesia dengan mayoritas rumah tangga berada di Pulau Jawa dalam periode 10-31 Juli 2020. Tujuan dari survei itu melihat dampak COVID-19 terhadap rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan sehari-sehari serta melihat perilakunya dalam menyambut era normal baru.
Survei itu memperlihatkan sebagai besar rumah tangga memprediksi pandemi berakhir dalam periode enam bulan sampai satu tahun dengan rumah tangga berpendapatan di atas Rp7 juta mayoritas memiliki opini tersebut.
Baca juga: BKKBN perkuat ekonomi keluarga hadapi pandemi COVID-19
Baca juga: Pemerintah kebut bansos tambahan dampak COVID-19
Rinciannya adalah 32,94 persen rumah tangga berpendapatan kurang dari Rp1,5 juta yakin pandemi berakhir dalam kurun waktu itu, 32,6 persen untuk pendapatan Rp1,6 juta-Rp3 juta, 35,1 persen untuk pendapatan Rp3,1 juta-Rp5 juta, 39,34 persen untuk pendapatan Rp5,1 juta-Rp7 juta, 40,65 persen untuk pendapatan Rp7,1 juta-Rp10 juta, 43,17 persen dari pendapatan Rp10,1 juta-Rp20 juta, dan 46,82 persen dari pendapatan lebih dari Rp20 juta.
Selain itu, survei itu menemukan bahwa rumah tangga dengan pendapatan menurun saat pandemi memiliki ekspektasi paling rendah untuk dapat bekerja normal dalam enam bulan ke depan.
Survei itu menemukan bahwa dalam skor ekspektasi bekerja berskala 1-10, rumah tangga pekerja dengan pendapatan menurun memiliki rata-rata skor 5,9 dibandingkan 6,9 untuk mereka dengan pendapatan tetap dan 6,3 untuk berpendapatan meningkat.
Hal itu juga terjadi di rumah tangga usaha, dengan mereka yang pendapatannya menurun memiliki skor 6,0 dibandingkan 6,6 untuk mereka dengan pendapatan tetap dan 8,8 untuk rumah tangga dengan pendapatan meningkat.
Sementara itu, ekspektasi untuk dapat bekerja kembali seperti semula memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan kegiatan lainnya seperti rekreasi, pergi ke luar kota, mengunjungi mal, dan kegiatan sosial.
Rumah tangga usaha memiliki skor 6,18 untuk kegiatan bekerja dibandingkan 4,46 untuk rekreasi dan 4,95 untuk pergi ke luar kota. Sementara rumah tangga pekerja mencatat 6,44 untuk bekerja, 4,46 untuk rekreasi dan 5,06 untuk pergi ke mal.
Menurut Kepala P2E LIPI, rasa pesimis rumah tangga akan kapan pandemi akan berakhir dan pemulihan dalam waktu cepat dipengaruhi oleh pengetahuan dan penerapan protokol kesehatan di mana rumah tangga pekerja lebih baik merespons himbauan menjaga kesehatan.
Selain itu, keyakinan melakukan aktivitas ekonomi seperti bekerja, berusaha dan berekreasi juga dipengaruhi dari penerapan itu.
"Itu yang saya kira penting sekali bagaimana pemerintah memperkuat penerapan protokol kesehatan sehingga terjadi keyakinan yang meningkat," kata dia.
Baca juga: Peneliti: Tiap kebijakan penanganan COVID-19 memiliki efek samping
Baca juga: Menko Airlangga yakini digitalisasi bisnis percepat pemulihan ekonomi
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020