• Beranda
  • Berita
  • Menristek katakan pandemi buat Indonesia sadar tekan impor alkes

Menristek katakan pandemi buat Indonesia sadar tekan impor alkes

24 Agustus 2020 12:11 WIB
Menristek katakan pandemi buat Indonesia sadar tekan impor alkes
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang PS Brodjonegoro menjadi pembicara dalam seminar virtual Simposium Internasional XII Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia bertajuk "Meneropong Kesempatan Pemuda Pasca Pandemi COVID-19", Jakarta, Selasa (18/8/2020). ANTARA/Humas Kementerian Riset dan Teknologi/pri.

Di awal, ada banyak alat rapid test masuk. Sebagian mungkin ada unsur bisnisnya, sebagian mungkin ada niat baik. Tapi semuanya impor, dan kemudian kita tergantung dari suplai impor. Begitu pula PCR. Ventilator demikian juga, saat ada isu Indonesia ku

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan pandemi COVID-19 menjadi pelajaran yang baik bagi Indonesia untuk menyadari perlunya segera menekan impor alat kesehatan (alkes) yang selama ini hampir semuanya diimpor.

Dalam peringatan HUT Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ke 42 di Jakarta, Senin, Bambang mengatakan pada awal-awal mulai wabah merebak di Tanah Air pada awal Maret lalu, ada banyak alkes seperti alat tes cepat, tes usap, reagen, hingga ventilator impor masuk.

"Di awal, ada banyak alat rapid test masuk. Sebagian mungkin ada unsur bisnisnya, sebagian mungkin ada niat baik. Tapi semuanya impor, dan kemudian kita tergantung dari suplai impor. Begitu pula PCR. Ventilator demikian juga, saat ada isu Indonesia kurang ventilator, kita terpaksa impor. Ujungnya impor," katanya.

Bambang pun mengakui, kondisi tersebut menunjukkan bahwa industri alat kesehatan dan bahan baku obat di Indonesia yang tidak didesain untuk kemandirian di bidang kesehatan. Atau, dengan kata lain, tidak didesain untuk menjamin masyarakat Indonesia yang sehat.

"Tapi alhamdulillah, karena ada kemampuan reverse engineering, ketergantungan impor yang tadinya hampir 100 persen bisa kita kurangi. Rapid test juga sudah ada versi lanjutannya," imbuhnya.

Mantan Menteri Keuangan itu menuturkan pandemi COVID-19 hanya bisa diatasi dengan penemuan vaksin dan obat. Namun, proses mencari vaksin dan obat tidak mudah dan memakan waktu yang panjang. Oleh karena itu, saat ini fokusnya berubah menjadi agar manusia bisa hidup berdampingan dengan pandemi sambil menunggu vaksin dan obatnya ditemukan.

Bambang menambahkan, untuk bisa hidup berdampingan dengan pandemi, konsep mengenai reverse engineering yang disampaikan BJ Habibie ternyata jadi pelajaran penting untuk diimpelementasikan.

"Reverse engineering ternyata sangat diperlukan dan memberi hasil saat ada keterbatasan waktu dan ketika ada urgensi sehingga lahirlah rapid test, baik yang generasi pertama atau PCR test kit dan ventilator. Kalau itu tidak dikuasai, kita bisa bayangkan Indonesia tergantung 100 persen terhadap impor," kata Bambang.

Baca juga: Erick Thohir sedih mayoritas bahan baku obat dan alkes masih impor

Baca juga: Percepat impor alkes dan pelindung diri, Kemendag terbitkan regulasi

Baca juga: Kemenkes permudah prosedur pengadaan alkes impor dan dalam negeri

Baca juga: Tangkal Corona, Mahfud: Impor alat kesehatan dipermudah

 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020