PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah Tbk kian optimistis dapat mengembangkan bisnis perseroan setelah resmi naik menjadi bank BUKU III atau bank yang memiliki modal inti minimal Rp5 triliun hingga Rp30 triliun.bank memiliki kesempatan yang lebih luas untuk terus mengembangkan jaringan serta produk dan layanannya
"Sebagai bank Buku III, tentunya kepercayaan publik kepada BTPN Syariah terus meningkat, karena modal bank yang semakin kuat dan bank memiliki kesempatan yang lebih luas untuk terus mengembangkan jaringan serta produk dan layanannya," kata Direktur Kepatuhan yang merangkap Sekretaris Perusahaan BTPN Syariah Arief Ismail dalam paparan publik secara virtual di Jakarta, Selasa.
Pada semester satu tahun 2020, perseroan tercatat telah mengumpulkan Dana Pihak Ketiga (DPK) Rp9,46 triliun dan menyalurkan pembiayaan sebesar Rp8,74 triliun.
Rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) tercatat sebesar 1,8 persen dan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) masih kuat di posisi 42,3 persen.
Sementara itu, rasio intermediasi (Financing to Deposit Ratio/FDR) mencapai 92 persen, Likuiditas Jangka Pendek dan Panjang (NSFR and LCR) di angka 190 persen dan 244 persen.
Sedangkan total aset tumbuh 10 persen menjadi Rp15,27 triliun dan mencatatkan laba bersih setelah pajak (NPAT) Rp407 miliar.
Sebagai bank yang fokus di ultra mikro, lanjut Arief, tak dapat dihindari BTPN Syariah tentunya terdampak karena pandemi, yang secara tidak langsung mempengaruhi kinerja bank. Namun, perseroan tetap optimis dan adaptif dengan berbagai upaya untuk memberi nilai positif.
Ia menuturkan sebagai bank yang fokus melayani nasabah prasejahtera produktif langsung ke tempat komunitas berada, dukungan bank di masa pandemi menjadi sangat penting mengingat mereka paling merasakan dampaknya. Membangun komunikasi yang intensif untuk memahami kebutuhan mereka menjadi aktifitas utama yang cukup menantang, katanya.
"Kami mempelajari bahwa di masa pandemi ini mereka tidak hanya membutuhkan bantuan. Bantuan hanya membuat mereka survive dan meringankan beban hidup, namun untuk bangkit kembali, pulih seperti sedia kala, mereka butuh kepercayaan diri yang tinggi dan tentunya pembiayaan baru," ujar Arief.
Oleh karena itu, BTPN Syariah selain melakukan program pelonggaran, tentunya harus teliti untuk memenuhi kebutuhan nasabah. Sehingga komunikasi yang intensif menjadi jalan terbaik untuk memahami mereka.
"Cara ini cukup efektif, meski dengan tetap menjalankan protokoler kesehatan yang ketat," kata Arief.
Baca juga: BTPN Syariah tetap dampingi nasabah ultra mikro terdampak pandemi
Baca juga: Pembiayaan BTPN Syariah tumbuh 23,7 persen pada 2019
Baca juga: BTPN Syariah bantu masyarakat prasejahtera jauhi garis kemiskinan
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020