Ada berbagai gerakan sosial yang tumbuh untuk mengatasi berbagai kesulitan akibat pandemi, mulai dari kesulitan dalam pembelajaran jarak jauh, pemenuhan kebutuhan gizi balita, hingga pemenuhan kebutuhan pangan di masyarakat
Dinas Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Perlindungan Anak Yogyakarta menyatakan semangat kepedulian sosial dan gotong royong dari masyarakat di "Kota Gudeg" itu terus tumbuh dengan munculnya berbagai gerakan sosial untuk membantu warga lain yang mengalami kesulitan akibat pandemi COVID-19.
“Ada berbagai gerakan sosial yang tumbuh untuk mengatasi berbagai kesulitan akibat pandemi, mulai dari kesulitan dalam pembelajaran jarak jauh, pemenuhan kebutuhan gizi balita, hingga pemenuhan kebutuhan pangan di masyarakat,” kata Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Perlindungan Anak (DPMPPA) Kota Yogyakarta Edy Muhammad di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, kendala dalam pembelajaran jarak jauh memunculkan gerakan sosial berupa "Relawan Mengajar". Relawan tersebut memberikan pendampingan konten pembelajaran hingga akses internet untuk membantu siswa yang mengalami kendala internet.
Gerakan sosial tersebut sudah tersebar di 18 lokasi, bahkan enam di antaranya juga mengembangkan gerakan pemberdayaan ekonomi untuk menggerakan perekonomian masyarakat di wilayah tersebut.
Selain itu, muncul pula gerakan sosial "Dapur Balita" yang hingga kini sudah berjalan di 37 lokasi berbasis rukun warga (RW), dengan dua lokasi di antaranya juga dilengkapi dengan "Dapur Lansia".
Masyarakat di wilayah tersebut, kata dia, melakukan swadaya untuk mengumpulkan bahan makanan atau uang untuk kemudian dibelanjakan bahan makanan dan memasaknya. Makanan tersebut kemudian dibagikan ke anak balita dan warga lansia agar pemenuhan gizinya tetap terjaga selama pandemi COVID-19.
Kegiatan tersebut muncul, katanya, karena dimungkinkan ada warga yang mengalami kesulitan ekonomi sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi untuk keluarga khususnya anak balita yang membutuhkan gizi dalam jumlah cukup.
“Ada juga 'Dapur Umum'. Masyarakat juga melakukan swadaya memasak makanan. Biasanya diberikan ke anak-anak kost yang kesulitan selama pandemi,” katanya yang menyebut gerakan itu dilakukan di 10 lokasi.
Selain itu, juga muncul "Relawan Sehat" yang rutin melakukan kunjungan ke rumah balita untuk memantau tumbuh kembang anak karena kegiatan posyandu untuk sementara ditiadakan. Saat melakukan kunjungan ke rumah, relawan juga mengingatkan masyarakat untuk selalu mematuhi protokol kesehatan pencegahan penularan virus corona jenis baru penyebab COVID-19.
Sebelumnya, juga sudah muncul gerakan "Relawan Hijau", khususnya di beberapa wilayah yang sudah mengembangkan "Kampung Sayur" atau "Lorong Sayur". Hasil panen sayur dibagikan ke masyarakat yang membutuhkan.
“Ada juga gerakan 'Cantelan Sayur' dalam konsep “mbagehi” atau membagi. Masyarakat menyediakan paket sayur yang ditempatkan di tempat-tempat strategis dan warga yang membutuhkan bisa mengambil sesuai kebutuhannya secara gratis,” katanya.
Seluruh kegiatan berbasis swadaya masyarakat tersebut mulai muncul sejak Maret 2020 dan jika dihitung secara nominal, maka total nilai swadaya yang terhimpun cukup besar mencapai sekitar Rp6 miliar dan dimungkinkan terus bertambah, demikian Edy Muhammad.
Baca juga: ACT DIY serukan umat Islam bantu penyediaan pangan dengan berzakat
Baca juga: Baznas Yogyakarta salurkan 20.000 masker produksi kampung binaan
Baca juga: Pasien COVID-19 miskin di Sleman-Yogyakarta disiapkan jaminan hidup
Baca juga: Selama pandemi COVID-19, ACT DIY bagikan makanan gratis
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020