PT Bank Jago Tbk tengah bersiap untuk mulai melakukan ekspansi di semester kedua tahun ini sejalan dengan misi perseroan untuk menjadi bank berbasis teknologi.Kami akan memulai ekspansi pada semester dua, setelah meluncurkan aplikasi dan menerapkan bisnis model secara bertahap
"Kami akan memulai ekspansi pada semester dua, setelah meluncurkan aplikasi dan menerapkan bisnis model secara bertahap," kata Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar dalam paparan publik di Jakarta, Rabu.
Setelah akuisisi rampung pada Desember 2019 dan dilanjutkan dengan penambahan modal melalui penerbitan saham baru (rights issue) pada April 2020, kinerja Bank Jago pada kuartal II-2020 relatif membaik.
Aset meningkat dengan sejumlah indikator keuangan menunjukkan tren positif. Adapun dari sisi permodalan dan likuiditas, selain sehat bank namun juga kuat untuk menopang rencana ekspansi. Aset bank meningkat 146 persen menjadi Rp1,7 triliun tahun ke tahun (yoy) per akhir Juni 2020.
Dari jumlah tersebut, rasio aset produktif bermasalah terhadap total aset terjaga di level 0,17 persen. Kondisi tersebut lebih baik dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar 4,83 persen. Adapun rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) gross, turun dari 6,41 persen pada Juni 2019 menjadi 0,92 persen pada Juni 2020.
Dari sisi penyaluran kredit, terjadi penurunan sebesar 27 persen menjadi Rp273 miliar. Sedangkan dana pihak ketiga juga turun 26 persen menjadi Rp405 miliar. Hal itu terutama karena penurunan aktivitas usaha dan pertumbuhan ekonomi akibat dampak dari pandemi COVID-19. Bank Jago pun membukukan rugi bersih senilai Rp 51 miliar di semester I-2020.
"Angka penyaluran kredit dan dana pihak ketiga Bank Jago memang masih relatif kecil. Namun, seiring berjalannya waktu, terutama setelah bisnis model diimplementasikan secara optimal, kami optimistis bank ini akan terus bertumbuh dan dapat memberikan manfaat yang besar bagi pengembangan ekonomi digital," ujar Kharim.
Kharim menjelaskan, fokus manajemen selama semester I-2020 adalah menuntaskan rights issue, merancang bisnis model dan mendesain ulang organisasi agar sejalan dengan aspirasi menjadi bank berbasis teknologi. Hal tersebut tentu berimplikasi pada peningkatan biaya operasional, karena perusahaan berinvestasi di teknologi serta merekrut tenaga kerja yang relevan dengan aspirasi bank.
"Ini sudah menjadi komitmen kami sejak pertama kali mengakuisisi bank. Kami akan terus berinovasi, mengoptimalkan teknologi terkini, untuk memberikan pengalaman baru dalam berbank," katanya.
Ia menuturkan, Bank Jago memiliki komitmen menjadi bank berbasis teknologi yang memberikan solusi finansial bagi nasabah dan para pelaku ekonomi dengan memperkuat ekosistem digital. Komitmen itu dibangun di atas keyakinan bahwa digitalisasi akan memainkan peran penting dalam meningkatkan semangat kewirausahaan (entrepreneurship), pemerataan kesejahteraan dan pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
"Untuk mewujudkannya, kami akan memperbanyak partnership, membangun kolaborasi dan sinergi dengan semua pelaku ekonomi digital. Prinsip kolaborasi akan menjadi faktor kunci," ujar Kharim.
Bank Jago akan berkolaborasi dengan semua platform. Mulai dari platform e-commerce, aplikasi penyedia jasa transportasi, industri travel, online shop, hiburan hingga pembayaran digital dan fintech lending. Selain itu, Bank Jago juga akan menyalurkan pembiayaan berbasis partnership dengan menyasar ekosistem fintech dan supply chain.
"Segmen yang kami sasar itu menengah dan mass market, yang sebagian besar merupakan pelaku UMKM. Kami tentu memiliki aspirasi untuk ikut mempercepat digitalisasi UMKM sehingga memiliki daya saing lebih baik lagi," kata Kharim.
Baca juga: Bank Jago siap layani ekosistem digital
Baca juga: OJK minta perbankan genjot teknologi saat pandemi COVID-19
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020