Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo memanfaatkan kunjungan pertamanya di Kota Ambon, Provinsi Maluku dengan melepas 2.222 kilogram atau 2,22 ton ikan tuna segar yang diekspor dengan tujuan negara Jepang.Semoga ekspor ikan tuna ke Jepang ini menandai peningkatan pembangunan di sektor kelautan dan perikanan Maluku, terutama di masa pandemi COVID-19
Pelepasan 2,22 ton ikan milik PT Maluku Prima Makmur (MPM) di Desa Tawiri, Kecamatan Teluk Ambon itu ditandai pengibaran bendera dan keberangkatan satu mobil pengangkut ikan oleh Menteri KKP bersama Gubernur Maluku Murad Ismail di perusahaan tersebut, Minggu.
Direktur PT Maluku Prima Makmur Edy Suyatno mengatakan ikan segar yang diekspor yakni jenis tuna sirip kuning, tuna mata besar dan billfish atau ikan jenis predator seperti marlin dan layaran, ditangkap oleh kapal-kapal penangkap ikan milik perusahaan tersebut di Laut Seram dan Laut Banda.
"Sebagian ikan yang akan diekspor juga dikumpulkan dari para nelayan penangkap tuna di Pulau Banda, Pulau Seram dan Pulau Buru yang memiliki armada penangkap ikan di bawah 10 GT (gross ton)." katanya.
Saat ini, menurut dia, pangsa pasar ekspor ke Jepang dan China sangat menjanjikan karena ikannya dibeli dengan harga berkisar 1.200 hingga 1.600 Yen per kilogram.
Perusahaan tersebut memiliki unit pengolahan ikan (UPI) dengan total kapasitas produksi tahunan berbasis bahan baku ikan tuna sebanyak 6.200 ton, ikan pelagis kecil 2.000 ton, billfish 1.000 ton dan ikan campuran 1.000 ton.
Sedangkan Menteri KKP Edhy Prabowo dalam kesempatan menyatakan ekspor ikan PT. MPM menandai kebangkitan dan peningkatan ekspor dari Maluku ke sejumlah negara di Asia dan negara-negara Eropa.
"Pemerintah pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan memberikan dukungan sepenuhnya untuk peningkatan ekspor dari Maluku, karena dari Laut Maluku, ikan-ikan dengan kualitas terbaik dihasilkan," katanya.
Menurut dia dari 11 Wilayah Pengelolaan Penangkapan WPP), tiga di antaranya berada di Maluku dan merupakan WPP terbaik yakni Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda dan Laut Arafura.
"Tiga WPP yang ada di Maluku ini saja bisa menyumbang empat juta ton berbagai jenis ikan berkualitas dan menjadi incaran di pangsa pasar dunia," katanya.
KKP, kata dia, akan terus mendorong pengembangan dan pembangunan sektor kelautan dan perikanan di Maluku, sehingga hasil lautnya benar-benar menjadi unggulan serta dapat dinikmati dan bermanfaat meningkatkan perekonomian masyarakat.
"Semoga ekspor ikan tuna ke Jepang ini menandai peningkatan pembangunan di sektor kelautan dan perikanan Maluku, terutama di masa pandemi COVID-19," katanya.
Menteri KKP dalam kesempatan tersebut juga menyerahkan sertifikat Hazard Analysis & Critical Control Point (HACCP) Grade A yang diterbitkan Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) KKP.
Selain itu juga sertifikat khusus ekspor ke Arab Saudi juga diserahkan kepada pimpinan perusahaan tersebut, karena negara tersebut mensyaratkan standar mutu tertentu bagi bahan pangan yang masuk ke negeri itu.
HACCP menjadi dokumen mutu bahwa produk perikanan aman dan layak dikonsumsi, telah melalui proses dan pengolahan yang baik, serta legal secara hukum.
"Hari ini kita serahkan sertifikat HACCP untuk ekspor sebagai bentuk komitmen kita dengan negara tujuan ekspor. Kita menjemput bola, tidak di dalam negeri saja, tetapi di luar negeri juga kita kejar untuk memasarkan ikan-ikan kita," demikian Edhy Prabowo.
Baca juga: Menteri Kelautan dan Perikanan dukung Maluku jadi lumbung ikan
Baca juga: Prestasi dunia kelompok nelayan tuna Pulau Buru raih ekolabel MSC
Baca juga: KKP paparkan hasil investigasi ikan terdampar di Maluku Tengah
Baca juga: KKP kaji fenomena kematian ikan massal di Maluku Utara
Pewarta: Jimmy Ayal
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020