"Di sekolah, peran guru besar sekali dan anak-anak sebagai objek. Makanya, sekarang jadi pertanyaan, guru menjadi problem atau solusi untuk perdamaian," kata dia saat menjadi narasumber diskusi daring dengan tema "Dunia pada titik balik: Peran pendidikan dalam bangun-damai" yang dipantau di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan guru bisa saja menjadi sebuah problem dalam ranah pendidikan apabila sudah memiliki pandangan kurang baik bahkan menyebarkan nilai-nilai kekerasan pada anak-anak.
Pada akhirnya guru bisa menjadi faktor pendorong atau pendukung penyebaran sebuah kekerasan kepada anak-anak. "Itu kalau jadi problem," ujar Farid.
Baca juga: Kemendikbud ajak pendidik ikuti peluncuran webinar pelatihan
Baca juga: Kemendikbud: Pandemi COVID-19 ubah pendekatan para pendidik
Namun, apabila guru menjadi sebuah solusi maka ia bisa mencerahkan dan menenangkan siswa-siswa terkait suatu masalah sehingga bisa mencegah kekerasan dan sebagainya.
"Jadi ketika ada konflik, guru ini yang memfasilitasinya," katanya.
Tujuannya akhirnya, guru-guru tadi diharapkan menjadi orang yang mempromosikan sebuah pembangunan atau pengembangan perdamaian di lingkungan pendidikan.
Oleh karena itu, pembangunan karakter sebuah bangsa hendaknya telah dimulai dari tahapan bangku sekolah dasar.
Bahkan, apabila ada anak didik yang bukan warga negara Indonesia, namun sekolah di Tanah Air, seharusnya juga menjadi orang Indonesia dengan dibekali pembangunan karakter bangsa.
"Sebab, sekolah dasar ini harus menjadi penanaman karakter bangsa," ujarnya.*
Baca juga: Karena keterbatasan akses, guru di Jambi datangi siswa untuk mengajar
Baca juga: Kemendikbud ajak pendidik hadirkan belajar yang menyenangkan
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020