Rektor IAIN Salatiga Zakiyuddin Baidhawy mengingatkan pentingnya pendidikan toleransi di Indonesia karena dapat menjadi instrumen yang menjembatani perbedaan dalam keragaman.Pendidikan instrumen sosial kebudayaan yang signifikan untuk toleransi itu diajarkan
"Pendidikan salah satu instrumen sosial kebudayaan yang signifikan untuk toleransi itu diajarkan," kata Zaki dalam webinar bertema "Jalan Panjang Mewujudkan Pendidikan yang Pluralistis", diikuti di Jakarta, Selasa.
Bahkan, kata dia, pendidikan mengenai toleransi itu perlu diajarkan sedini mungkin di tengah kenyataan di depan mata bahwa Indonesia merupakan sebuah negara yang terdiri dari beragam latar belakang.
Baca juga: Hidayatullah gelar munas 29-31 Oktober 2020 secara virtual
Menurut dia, toleransi menjadi jembatan hubungan positif dan negatif. Toleransi mampu menghubungkan ketidaksukaan individu terhadap pihak lain yang berbeda sehingga memicu saling memahami, mengerti dan harmoni.
Ia mengatakan betapa pentingnya pendidikan toleransi di Indonesia yang terdiri dari beragam mozaik budaya, etnis, agama dan sebagainya. Toleransi merupakan batas minimal untuk membangun relasi antarindividu dan kelompok.
"Tanpa toleransi kita sulit membangun relasi dengan unsur lain. Toleransi membangun keadaban di tengah publik, tatanan sosial politik itu menjadi tidak bermakna tanpa toleransi. Ini menjadi bagian membangun kedamaian," katanya.
Baca juga: Sumur resapan IAIN Salatiga bentuk Kampus Moderat Hijau
Baca juga: Wapres Ma'ruf Amin berharap Unika Atma Jaya utamakan toleransi
Zaki mengatakan toleransi merupakan unsur penting karena masyarakat tinggal dalam keragaman komunal. Hubungan antara satu kelompok dengan lainnya memiliki perbedaan bawaan yang tidak bisa ditolak sehingga perlu toleransi untuk saling berinteraksi.
"Pendidikan multikultural agar semakin gencar diajarkan di sekolah agar peserta didik sedini mungkin mengenal multietnis dan multikultural itu. Perlu dikembangkan kecerdasan kognisi pelajar yang harus dipromosikan oleh kurikulum. Ada toleransi umum yang semua pelajar harus mengerti," kata dia.
Toleransi, kata dia, juga harus dipromosikan lewat jalur selain pendidikan atau secara informal dengan perilaku toleran tidak hanya berhenti pada pikiran dan ucapan saja.
"Toleransi itu bisa dikatakan otentik ketika ada keselarasan berpikir, berucap dan berperilaku. Orang toleran itu bukan sekadar pikiran tapi diterapkan pada sikap," katanya.
Baca juga: Tokoh Agama: Perlu komitmen calon pemimpin rawat toleransi antaragama
Baca juga: Ketua Komisi Dakwah MUI: Selesaikan konflik lewat dialog dan toleransi
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020