• Beranda
  • Berita
  • Pandemi bisa jadi katalis digitalisasi kewirausahaan perempuan ASEAN

Pandemi bisa jadi katalis digitalisasi kewirausahaan perempuan ASEAN

3 September 2020 19:47 WIB
Pandemi bisa jadi katalis digitalisasi kewirausahaan perempuan ASEAN
Phi Van Nguyen, Pemimpin Vietnam Angel Network, bersama sejumlah pembicara lain dan peserta dalam webinar "Women Entrepreneurs amidst COVID-19--Boom or Bane?" yang digelar Institut Riset Ekonomi ASEAN dan Asia Timur (ERIA), Kamis (9/3/2020). (ANTARA/Suwanti)

Para perempuan wirausaha harus beradaptasi dan memperbaharui diri mereka (dalam bisnis)

Pandemi COVID-19 yang berlangsung saat ini dapat menjadi momen untuk mempercepat digitalisasi bisnis di kawasan ASEAN, khususnya yang dijalankan oleh perempuan, demikian menurut tiga perempuan wirausaha dari Vietnam, Kamboja, dan Indonesia.

Phi Van Nguyen, Pemimpin Vietnam Angel Network, dalam webinar yang digelar oleh Institut Riset Ekonomi ASEAN dan Asia Timur (ERIA) pada Kamis, menyebut bahwa transformasi digital untuk bisnis sudah merupakan keharusan saat ini.

"Pandemi ini menjadi alasan yang baik bagi semua orang untuk memikirkan kembali dan meriset, lalu berkata bahwa 'saya tidak bisa menundanya lagi, saya harus melakukan digitalisasi untuk bisnis saya ... bisnis yang berkelanjutan di industri 4.0'," kata Phi Van.

Baca juga: AJWELP dukung dan berdayakan perusahaan rintisan perempuan di negara anggota ASEAN
Baca juga: Peran perempuan di ASEAN penting ditingkatkan


Ia menuturkan bahwa di Vietnam dia serta sejumlah orang dari beragam organisasi bisnis telah memulai sebuah gerakan digitalisasi, misalnya dengan membuat kanal bagi perempuan wirausaha, untuk belajar tentang perubahan model bisnis dan dimentori oleh ahli.

Hal itu dilakukan ketika wabah mulai masuk Vietnam, bahkan saat pemerintah belum bisa merespons, karena menurut Phi Van gerakan sektor swasta menjadi amat penting untuk membantu semua pihak, termasuk pemerintah, mewujudkan ekosistem bisnis digital kewirausahaan perempuan.

Kewirausahaan perempuan, kata Phi Van, lebih rentan mengalami kesulitan dalam hal pendanaan--yang diperparah dengan situasi pandemi seperti saat ini, ketika semua bisnis, baik yang dijalankan oleh perempuan maupun laki-laki, terkena dampaknya.

Laurentia Lisa, Pemimpin Eksekutif Cyber Olympus dari Indonesia, menuturkan bahwa bahkan sebelum pandemi pun, digitalisasi bisnis memang tidak terhindarkan sehingga semua pelaku bisnis harus menggunakan teknologi, khususnya di masa industri 4.0.

"Dan sebelum pandemi pula, e-commerce (perdagangan elektronik) di Indonesia tengah meningkat. Bisnisnya bukan hanya secara konvensional dijalankan oleh laki-laki, namun banyak perempuan juga yang menjual produknya lewat marketplace (situs jual-beli)," ujar Laurentia.

Ratha Chea, Pemimpin Eksekutif Khmum Technology dari Kamboja, mengatakan bahwa kondisi di negaranya juga serupa, bahwa pandemi COVID-19 meningkatkan jalannya industri berbasis teknologi dan secara khusus penggunaan situs jual-beli daring.

"Para perempuan wirausaha harus beradaptasi dan memperbaharui diri mereka (dalam bisnis)," kata Ratha. Ia menjelaskan bagaimana penjualan secara daring telah membantu penjual produk khusus turis dapat bertahan di tengah situasi yang juga menyulitkan sektor pariwisata ini.

Baca juga: ASEAN akan bentuk jaringan perempuan pengusaha
Baca juga: AJWELP ke-4 di Brunei Darussalam dukung dan berdayakan startup perempuan dari negara anggota ASEAN

Pewarta: Suwanti
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020