Serikat Petani Indonesia (SPI) mengeluhkan harga komoditas sayuran yang masih anjlok, padahal di sisi lain Nilai Tukar Petani (NTP) Agustus 2020 mengalami kenaikan sebesar 0,56 persen.Harga kol yang semula Rp3.500 per kg sekarang hanya di harga Rp250 per kg
"Subsektor tanaman hortikultura harus menjadi perhatian. Harga kol yang semula Rp3.500 per kg sekarang hanya di harga Rp250 per kg," kata Sekretaris Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Serikat Petani Indonesia (SPI), Agus Ruli Ardiansyah di Jakarta, Jumat.
Agus Ruli memaparkan berdasarkan laporan petani anggota SPI dari Desa Pasir Datar, Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, kondisi petani sayuran cukup memprihatinkan. Ini diakibatkan harga produk pertanian menurun drastis selama kurun waktu 1-2 bulan terakhir.
Petani SPI Desa Pasir Datar mengeluhkan harga terjun yang sangat drastis, seperti harga kol yang semula Rp3.500 per kg, menjadi hanya Rp250 per kg.
Sementara itu, komoditas sayuran lainnya juga turun seperti sawi putih Rp150 per kg; sawi hijau Rp200 per kg; tomat Rp600 per kg; kacang buncis Rp3.000 per kg.
Kemudian, cabai keriting Rp7.000 per kg; daun bawang Rp6.000 per kg; cabai rawit Rp14.000 per kg; labu siam Rp200 per butir, yang terakhir wortel juga mengalami penurunan harga dari semula Rp4.500 sekarang menjadi hanya Rp1.000 per kg.
Agus Ruli menilai jika kondisi seperti di Pasir Datar terus berlanjut akan sangat memberatkan petani, sebab hasil panen yang didapat tidak sebanding dengan biaya produksi.
"Contohnya, petani SPI Pasir Datar panen sampo (sawi putih) biaya produksi untuk menghasilkan 1 ton panen bisa mencapai ratusan ribu bahkan jutaan rupiah. Sementara hasil panen yang didapat dari 1 ton panen hanya Rp150.000, ini sangat-sangat tidak sebanding," kata Agus.
Oleh karena itu, SPI menilai pemerintah harus segera mencari jalan keluar, baik mendorong penyerapan di tingkat petani, maupun inovasi baik pasca panen maupun penyimpanannya.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Berita Resmi Statistik tanggal 1 September 2020 mencatat NTP Agustus 2020 berada di level 100,65, atau tumbuh tipis 0,56 persen dari sebelumnya 100,09 pada Juli 2020.
Dalam rilis tersebut, BPS juga mencatat kenaikan NTP terjadi pada subsektor tanaman pangan (0,45 persen), tanaman perkebunan rakyat (2,81 persen) dan subsektor perikanan (0,31 persen). Sementara penurunan terjadi pada subsektor tanaman hortikultura (1,98 persen) dan peternakan (1,31 persen).
Baca juga: NTP masih turun, Serikat Petani minta pemerintah intervensi kebijakan
Baca juga: Serikat petani dukung penyiapan lahan terlantar untuk cetak sawah
Baca juga: Peneliti: Pandemi COVID-19 semakin turunkan nilai tukar petani
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020