Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengajak semua pengelola destinasi hingga wisatawan yang berkunjung ke Bromo, Tengger, Semeru, Jawa Timur, untuk memakai masker melalui inisiasi gerakan BISA (Bersih, Indah, Sehat, Aman) dan Gerakan Pakai Masker (GPM).Kita ingin membangkitkan kembali pariwisata dan ekonomi kreatif
Deputi Kebijakan Strategis Kemenparekraf/Baparekraf, Kurleni Ukar di Bromo, Sabtu, mengajak seluruh pemangku kepentingan di kawasan wisata di Bromo, Tengger, Semeru, dan sekitarnya untuk bersama-sama mengendalikan penularan COVID-19.
“Penerapan protokol kesehatan tak hanya untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19, namun harus terus digalakkan oleh pemangku kepentingan pariwisata, sehingga sektor pariwisata dapat tetap produktif dan aman," kata Kurlena.
Pada saat yang sama, ia meminta kepada pemangku kepentingan pariwisata untuk membangun destinasi wisatanya sesuai standar protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah.
Pengelola destinasi, pemangku kepentingan, dan masyarakat diharapkan selalu menjalankan 3M yakni menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan sebagai kebiasaan baru yang wajib dijalankan.
Dengan begitu, wisatawan akan merasa aman dan terlindungi ketika melakukan perjalanan wisata ke suatu destinasi.
Berdasarkan Travel and Tourism Competitiveness Index, kata Kurleni Ukar, daya saing pariwisata Indonesia berada pada posisi 102 dari 104 negara.
Maka melalui kegiatan ini, Kurleni Ukar berharap Indonesia dapat meningkatkan nilai indeks pariwisata.
“Kita ingin membangkitkan kembali pariwisata dan ekonomi kreatif. Maka diharapkan penerapan protokol kesehatan secara disiplin dengan penuh kesadaran serta kesiapan destinasi di era normal baru dapat meningkatkan kualitas daya saing pariwisata Indonesia dan mengembalikan kepercayaan wisatawan sehingga dapat menghidupkan kembali sektor pariwisata," katanya.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Budaya Kabupaten Probolinggo Sugeng Wiyanto mengucapkan terima kasih atas gerakan BISA dan Gerakan Pakai Masker yang diselenggarakan di Bromo, Tengger, Semeru.
"Melalui gerakan ini kami optimistis akan mampu membangkitkan kembali industri pariwisata dan menciptakan kepercayaan kepada wisatawan kalau wisata kita aman dan mematuhi protokol kesehatan," ucapnya.
Ketua Gerakan Pakai Masker, Sigit Pramono menjelaskan, dari hasil riset sebuah lembaga internasional, Indonesia berada pada peringkat 97 dari 100 negara yang aman dari COVID-19.
“Posisi kita di atas Bahama, Laos, dan Kamboja. Negara pesaing di sekitar kita umumnya masuk di 20 besar. Kalau persepsi dan citra ini terus dibangun, maka tidak ada wisatawan datang ke negara kita. Kita harus mengubah persepsi ini. Kita pasti bisa. Caranya tentu saja melalui Gerakan Pakai Masker dan Gerakan BISA agar wisatawan domestik dan mancanegara melihat bahwa Indonesia siap menjalankan protokol kesehatan pada destinasi wisatanya. Itu menjadi jaminan keselamatan mereka terhindar dari COVID-19," kata Sigit.
Dalam kurun waktu tiga bulan, Sigit menerangkan jika organisasinya telah melakukan kampanye dan penyuluhan di lebih dari 1.200 pasar di seluruh Indonesia dan menjangkau 7 juta lebih pedagang.
"Juga kami menjangkau 50 pesantren yang mencakup 54 ribu santri dan 1.000 lebih guru. Daerah dan kawasan yang menjadi pusat kerumunan juga kami sasar, di antaranya adalah destinasi wisata," ujarnya.
Masker, kata Sigit, dapat mengurangi risiko penularan COVID-19 sekitar 70-75 persen.
Maka dari itu, ia menekankan pentingnya para pelaku pariwisata untuk mematuhi protokol kesehatan sebagaimana ditetapkan pemerintah.
Puteri Pariwisata 2016, Lois Melly Tangel, turut mendukung Gerakan Pakai Masker yang menurut dia sudah menjadi kebutuhan semua.
“Vaksin Corona ada di diri kita sendiri yaitu disiplin menjalankan 3 M yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Ini vaksin yang bisa kita pakai sambil menunggu vaksin ilmiah yang masih dalam proses penelitian," tutur dia.
Pada gerakan BISA dan GPM di Jawa Timur, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mendedikasikan papan informasi COVID-19, wastafel dilengkapi signage petunjuk cuci tangan, thermogun di titik-titik masuk destinasi wisata, mesin penyemprot disinfektan, serta alat pendukung kebersihan dan keindahan seperti sapu, kuas, cat, dan lainnya.
Baca juga: Pembukaan wisata Gunung Bromo "on the track" gerakkan sektor informal
Baca juga: Wisatawan tanpa masker dan sakit dilarang masuk Gunung Bromo
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020