"Biasanya, gejalanya demam, batuk, pilek dan sekarang mulai ada gejala sakit perut atau diare," kata dia saat konferensi video di Graha BNPB yang dipantau di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan orang-orang yang menunjukkan gejala-gejala tersebut apalagi memiliki riwayat perjalanan ke zona merah maka disarankan segera melakukan tes usap guna memastikan kondisi kesehatan.
"Intinya adalah gejala seringan apapun, kita harus tetap ke layanan kesehatan supaya diperiksa," ujar Dr Erlang.
Baca juga: Ratusan pasien COVID-19 di Tanjungpinang-Kepri OTG, sebut Dinkes
Baca juga: Dokter: Happy hypoxia COVID-19 hanya terjadi pada orang dengan gejala
Pada kesempatan itu, ia mengatakan saat ini kluster keluarga juga cukup memprihatinkan. Apalagi, dalam rumah tersebut terdapat, bayi, anak-anak dan orang lanjut usia yang rentan terpapar virus.
Kluster keluarga tersebut pada dasarnya terjadi karena adanya salah seorang atau beberapa anggota keluarga yang berpergian keluar rumah dan terpapar virus.
Saat kembali ke rumah, orang yang terpapar tadi tidak menerapkan protokol kesehatan dengan baik seperti yang dianjurkan yakni mandi, mencuci pakaian yang baru saja dikenakan dan lainnya.
Akibatnya, terjadi transmisi virus kepada anggota keluarga yang lain. Kluster keluarga terjadi karena adanya relaksasi pembatasan sosial sehingga orang-orang bebas beraktivitas.
"Yang parahnya, terkadang dia tidak sadar telah terinfeksi dari lingkungan sekitar dan membawa virus ke rumah," ujar dia.*
Baca juga: Dinkes DKI: Tingkat gejala COVID-19 jadi pertimbangan lokasi isolasi
Baca juga: Kenapa ada pasien COVID-19 parah, tapi ada juga yang tanpa gejala?
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020