Tujuannya untuk menciptakan efisiensi pemakaian bahan baku, energi, dan hemat air, sehingga limbah yang dihasilkan lebih sedikit
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong proses pembuatan batik yang ramah lingkungan, salah satunya dengan memberikan pembinaan dan pelatihan kepada perajin yang tergabung dalam Asosiasi Perajin Batik Jawa Timur (APBJ) di 38 kabupaten dan kota.
“Tujuannya untuk menciptakan efisiensi pemakaian bahan baku, energi, dan hemat air, sehingga limbah yang dihasilkan lebih sedikit. Hal ini sesuai dengan implementasi prinsip industri hijau yang dapat mendukung konsep ekonomi secara berkelanjutan,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Doddy Rahadi lewat keterangan resmi di Jakarta, Senin.
Menurut Doddy, praktik industri hijau sangat penting dan mutlak untuk segera dilaksanakan guna tercapainya efisiensi produksi serta menghasilkan produk yang ramah lingkungan.
“Apalagi industri ramah lingkungan merupakan sebuah ikon yang harus dipahami dan dilaksanakan dalam menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan,” paparnya.
Baca juga: Menperin dukung industri batik mendunia
Guna mempercepat penerapan industri hijau, pelaku usaha perlu memanfaatkan teknologi modern atau hasil riset yang sudah ada.
“Pengembangan industri yang ramah lingkungan bisa dilakukan melalui sejumlah cara. Mulai dari produksi bersih, konservasi energi, efisiensi sumber daya, proses daur ulang hingga teknologi rendah karbon,” sebut Doddy.
Kepala BBKB Yogyakarta Titik Purwati Widowati menjelaskan kegiatan pelatihan ini berlangsung dari bulan Juni hingga Agustus 2020 dengan delapan topik mengenai praktik industri yang ramah lingkungan.
Baca juga: Kemenperin ciptakan alat pendukung kemajuan industri batik
Misalnya penerapan manajemen bahan baku dan kimia, penghematan energi dan air, melakukan daur ulang lilin batik dan larutan bekas pewarna, pengolahan limbah batik, serta penetapan Standar Industri Hijau untuk batik.
“Kami berharap para anggota APBJ mendapat pemahaman mengenai langkah yang harus dilakukan untuk menghasilkan produk batik yang ramah lingkungan dan setelah menerapkan langkah-langkah tersebut, para anggota APBJ ini mendapatkan sertifikat industri hijau,” ungkapnya.
Titik menambahkan kegiatan pelatihan dan pendampingan juga diharapkan menjadi program strategis untuk kembali membangkitkan gairah usaha pelaku industri batik terhadap dampak pandemi COVID-19.
Baca juga: Guru besar : industri batik di Sumbar kesulitan motif dan SDM
“Selama pandemi kami juga telah menyelenggarakan kuliah virtual lewat Zoom sebanyak tujuh kali dengan jumlah peserta 913 orang, dan kulwap hingga 12 kali dengan jumlah peserta 2.336 orang,” ujar Titik.
Di sisi lain, upaya untuk pencegahan penyebaran COVID-19 juga dilakukan dengan perluasan litbangyasa seperti pembuatan masker kain, pembuatan hand sanitizer, cairan disinfektan, dan pembuatan face shield.
Baca juga: Ekspor industri batik tembus 18 juta dolar AS
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020