Pada Mei 2019, terjadi Diplomasi Batik di markas besar PBB, yaitu dipilihnya batik sebagai dress codepada Sidang Dewan Keamanan PBB
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat nilai ekspor dari industri batik sepanjang semester I Tahun 2019 mencapai 17,99 juta dolar AS dengan tujuan utama pengapalan antara lain ke Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.
“Industri batik merupakan bagian dari industri tesktil dan pakaian, yang menjadi salah satu sektor andalan dalam implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kemenperin Gati Wibawaningsih di Jakarta, Selasa.
Gati menyampaikan hal tersebut saat mewakili Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada pembukaan Pameran Batik dengan tema ‘Membatik untuk Negeri’ di Jakarta.
Baca juga: BEKRAF sebut industri fesyen sumbang 18 persen pendapatan negara
Sektor yang didominasi oleh industri kecil dan menengah (IKM) ini tersebar di 101 sentra di Indonesia, dengan jumlah sebanyak 47 ribu unit usaha dan telah menyerap tenaga kerja hingga 200 ribu orang.
Menurut Gati, industri batik mendapat prioritas pengembangan karena dinilai mempunyai daya ungkit besar dalam penciptaan nilai tambah, perdagangan, besaran investasi, dampak terhadap industri lainnya, serta kecepatan penetrasi pasar.
“Kemudian, dengan nilai perdagangan produk pakaian jadi dunia yang mencapai 442 miliar dolar AS, menjadi peluang besar bagi industri batik kita untuk meningkatkan pangsa pasarnya, mengingat kain lembaran batik adalah salah satu bahan baku produk pakaian jadi,” imbuhnya.
Oleh karena itu, bergulirnya era revolusi industri 4.0, memunculkan berbagai teknologi canggih yang dapat membuat dunia batik nasional semakin berdaya saing.
“Yayasan Batik Indonesia dapat memulai pendekatan kepada kaum milenial dengan melakukan digitalisasi dan memanfaatkan media sosial untuk kemajuan batik nasional,” ujar Airlangga.
Bahkan, salah satu lembaga litbang milik Kemenperin, yakni Balai Besar Kerajinan dan Batik sudah mampu mengembangkan aplikasi Batik Analyzeruntuk membedakan produk batik dan tiruan batik.
Aplikasi dengan basis Android dan iOS tersebut menggunakan teknologi artificial intelligence(AI) yang sesuai dengan implementasi industri 4.0
Menurut Gati, batik Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif di pasar Internasional.
“Persaingan dengan Malaysia, Singapura, China dan yang juga memproduksi batik perlu kita waspadai agar tidak menggeser posisi daya saing batik nasional. Untuk itu, kita perlu menjaga dan melestarikan nilai budaya batik dengan penguatan branding dan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual,” paparnya.
Gati menegaskan, batik merupakan warisan budaya tak benda asli Indonesia, di mana UNESCO telah mengukuhkan batik Indonesia sebagai Representative List of The Intangible Cultural Heritage of Humanity pada 2 Oktober 2009.
“Pengakuan ini membawa konsekuensi kepada pemerintah maupun organisasi seperti Yayasan Batik Indonesia untuk terus menerus secara nyata melestarikan dan mengembangkan produk batik,” tuturnya.
Hal tersebut diyakini akan mendorong semangat para perajin dan industri batik nasional termasuk pemerintah untuk terus mengembangkan industri batik, sehingga batik dapat semakin dikenal di seluruh lapisan masyarakat bahkan dunia.
“Pada Mei 2019, terjadi Diplomasi Batik di markas besar PBB, yaitu dipilihnya batik sebagai dress codepada Sidang Dewan Keamanan PBB,” ungkapnya.
Momen tersebut menjadi kebanggaan bagi Indonesia karena sebagian besar anggota yang hadir mengenakan batik dengan beragam corak, warna dan bahan batik asli Indonesia.
Di samping itu, batik menjadi identitas bangsa yang semakin populer dan mendunia. Batik saat ini bertransformasi menjadi berbagai bentuk fesyen, kerajinan dan home decoration yang telah mampu menyentuh berbagai lapisan masyarakat baik di dalam maupun luar negeri.
Oleh karenanya, Kemenperin memberikan apresiasi kepada Yayasan Batik Indonesia yang secara konsisten melestarikan batik melalui berbagai kegiatan, yang salah satunya adalah penyelenggaraan kegiatan Pameran “Membatik untuk Negeri” yang dilaksanakan mulai tanggal 24 September 2019 sampai dengan tanggal 27 September 2019 di Plasa Pameran Industri, Kemenperin, Jakarta.
Pameran ini diikuti oleh 44 perajin IKM batik binaan Yayasan Batik Indonesia (YBI). Pameran tersebut dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional dan pengakuan batik oleh UNESCO yang ke-10 tahun. Kegiatan ini akan berlanjut, dengan acara puncak yang digelar di Solo pada 2 Oktober 2019.
Baca juga: Nilai ekspor batik sampai 58 juta dolar AS tahun lalu
Baca juga: Industri batik Bantul serap 3.000 pembatik
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019