• Beranda
  • Berita
  • Presiden Xi Jinping hormati 'pahlawan' COVID-19 di China

Presiden Xi Jinping hormati 'pahlawan' COVID-19 di China

8 September 2020 17:35 WIB
Presiden Xi Jinping hormati 'pahlawan' COVID-19 di China
Sejumlah Petugas Paramiliter Polisi berbaris dalam formasi di dekat poster Presiden Tiongkok Xi Jinping di gerbang ke Kota Terlarang pada hari pembukaan Kongres Rakyat Nasional (NPC) setelah wabah penyakit virus corona (COVID-19), di Beijing, China, Jumat (22/5/2020). ANTARA/REUTERS/Thomas Peter/aa.
Presiden Xi Jinping menghormati para pahlawan dalam pertempuran rakyat China melawan COVID-19 dan memuji ketahanan negara serta peran menentukan yang dimainkan dalam upaya pertahanan oleh Partai Komunis yang berkuasa.

Menentang tuduhan dari Amerika Serikat bahwa kegagalan awal memungkinkan pandemi virus corona menyebar lebih cepat, Xi mengatakan bahwa China bertindak secara terbuka dan transparan, dan mengambil tindakan tegas yang menyelamatkan nyawa.

"China telah membantu menyelamatkan nyawa puluhan juta orang di seluruh dunia dengan tindakan praktisnya, menunjukkan keinginan tulus China untuk membangun masa depan dan komunitas bersama untuk kemanusiaan," kata Xi pada sebuah upacara di Aula Besar Rakyat di Beijing, Selasa.

Dia mengatakan China adalah ekonomi besar pertama yang kembali tumbuh selama pandemi, sebuah fakta yang dia katakan menunjukkan ketahanan dan kekuatan negara.

Xi menganugerahi Zhong Nanshan, penasihat medis senior dan ahli virus corona yang membantu membentuk respons COVID-19 China, dengan Medali Republik yang merupakan tanda kehormatan tertinggi di negara itu.

Namun, Li Wenliang -- dokter yang dihukum karena menyebarkan informasi tentang penyakit menular baru di Wuhan, dan yang kematiannya akibat COVID-19 pada Februari memicu kemarahan nasional -- tidak disebutkan.

Beijing menghadapi kritik di dalam dan luar negeri pada hari-hari awal wabah, dengan beberapa pihak menggambarkan wabah COVID-19 sebagai "Chernobyl China", mengacu pada kecelakaan nuklir 1986 yang menghancurkan kepercayaan pada kemampuan Uni Soviet untuk memerintah.

Baca juga: China: Kritik AS atas penanganan virus bagai "pertunjukan politik"

Otoritas lokal di Wuhan, kota tempat virus corona pertama kali diidentifikasi, dituduh menutup-nutupi yang menunda tanggap darurat negara itu setidaknya dua minggu.

Akan tetapi ketika infeksi menyebar ke seluruh dunia dan menunjukkan perlambatan di dalam negeri, Beijing menjadi lebih tegas, menolak penyelidikan global tentang asal-usul wabah, dan mengatakan tindakan cepatnya membantu mengulur waktu bagi negara lain untuk bersiap.

Media pemerintah telah menekankan peran Xi untuk menahan virus di China.

Baca juga: China temukan 25 kasus baru COVID-19

Baca juga: Sepuluh kasus baru COVID-19 terdeteksi di China

Kantor berita resmi Xinhua mengatakan dalam sebuah laporan khusus yang panjang pada Selasa bahwa Xi telah bekerja tanpa lelah sejak Januari dan bahkan mengalami malam-malam tanpa tidur saat dia "memikul misi yang sangat sulit untuk memerangi epidemi".

Beijing telah berusaha untuk fokus pada keberhasilan China dalam mengatasi virus, daripada asal-usulnya.

Selama tur yang diatur pemerintah di Wuhan minggu lalu, wartawan diperlihatkan sekolah dan lokasi wisata dibuka kembali, tetapi tidak diizinkan untuk melaporkan dari pasar makanan laut Huanan -- tempat yang diyakini sebagai asal  pertama dari wabah virus corona baru.

"Pergeseran narasi ini dibantu oleh keberhasilan pemerintah dalam menahan penyebaran dan telah cukup berhasil di dalam negeri, meskipun secara internasional tidak sesukses yang diharapkan," kata Yanzhong Huang, anggota senior Council on Foreign Relations, sebuah wadah pemikir AS.

Sumber: Reuters

​​​​​​​Baca juga: Seluruh sekolah di Wuhan serentak dibuka Selasa
​​​​​​​
Baca juga: Guru mewaspadai risiko COVID-19 saat siswa Wuhan kembali ke sekolah
 

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2020