• Beranda
  • Berita
  • Masyarakat Desa Soropadan Temanggung keluhkan limbah pabrik tekstil

Masyarakat Desa Soropadan Temanggung keluhkan limbah pabrik tekstil

9 September 2020 18:38 WIB
Masyarakat Desa Soropadan Temanggung keluhkan limbah pabrik tekstil
Seorang warga menunjukkan air di aliran Sungai Elo berwarna kecoklatan yang diduga karena tercemar limbah pabrik tekstil. (ANTARA/Heru Suyitno)
Masyarakat Desa Soropadan, Pringsurat, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, mengeluhkan limbah pembuangan yang diduga berasal dari pabrik tekstil di daerah tersebut mencemari aliran Sungai Elo.

"Limbah pabrik tersebut masuk ke Sungai Elo sehingga air menjadi kotor dan menyebabkan ekosistem di sungai terganggu," kata anggota Komunitas Hulu Kali Elo Nauval Imam Fahrudin di Temanggung, Rabu.

Menurut dia pembuangan air limbah dari pabrik tersebut sangat tidak ramah lingkungan sehingga menyebabkan air di Sungai Elo berubah menjadi keruh.

Selain itu, air limbah tersebut juga mengganggu ekosistem yang ada di sungai, bahkan membuat populasi ikan semakin berkurang.

Baca juga: Dedi Mulyadi ajak perusahaan di Purwakarta jernihkan Sungai Cikembang

Baca juga: Kepada Kepala DLH, Bupati Bogor: Selesaikan limbah Sungai Cileungsi


"Sangat mengganggu, masyarakat yang biasanya mencari ikan, kini tidak bisa lagi mendapatkan ikan di sungai tersebut," katanya.

Menurut dia air limbah pabrik tersebut juga mengakibatkan gatal-gatal pada kulit bagi yang beraktivitas di sungai tersebut.

"Tidak menunggu sampai berhari-hari, setelah satu hingga dua jam akan langsung gatal-gatal," katanya.

Ia menuturkan pembuangan limbah tersebut diketahui pada saat dirinya bersama masyarakat lainnya melakukan tubing (menyusuri) di kali tersebut, air pembuangan limbah dari pabrik itu berwarna keruh kecoklatan.

"Desa kami merupakan salah satu desa wisata di Temanggung, untuk menambah daya tarik wisatawan, kami menawarkan kegiatan tubing. Kegiatan ini kami lakukan uji coba dari candi umbul, sesampainya di tempat pembuangan limbah dari pabrik itu ternyata air limbahnya sangat keruh sekali, kadang juga berwarna merah, hijau dan kadang hitam pekat sekali, warna airnya limbahnya berubah-ubah," katanya.

Menurut dia pada siang hari debit air limbah memang kecil, namun pada malam hari air limbah dari pabrik itu cukup besar. Dampak dari pembuangan air limbah ini tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di Desa Soropadan saja, namun juga masyarakat di Desa Donorejo dan Secang Kabupaten Magelang.

"Yang saya ketahui tiga desa ini yang terdampak langsung, kalau setelah Secang hingga ke Magelang kami belum tahu secara pasti," katanya.

Warga yang lain, Haryoto menuturkan dirinya yang sering mencari ikan di hulu Sungai Elo merasakan dampak yang ditimbulkan oleh pembuangan limbah tersebut.

"Bau limbah sangat menyengat, apalagi saat pabrik membuang air limbahnya," katanya.

Menurut dia, sebelum ada pembuangan air limbah tersebut, ikan sangat mudah didapatkan di Sungai Elo, namun setelah ada pembuangan limbah ini ikan sangat susah didapat.

"Sudah lima tahun ini, awalnya memang masih banyak, semakin ke sini ternyata ikan semakin susah didapat," katanya.

Ia mengaku pernah melihat air limbah yang keluar dari pembuangan limbah tersebut berwarna hitam pekat, air itu menimbulkan bau yang sangat menyengat dan menyebabkan gatal-gatal.*

Baca juga: Warga bantaran keluhkan limbah BKT yang beterbangan

Baca juga: Gerakan Ciliwung Bersih inisiasi energi dari limbah sungai

Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020