• Beranda
  • Berita
  • Harga emas jatuh setelah naik 3 hari beruntun karena minim stimulus

Harga emas jatuh setelah naik 3 hari beruntun karena minim stimulus

12 September 2020 08:03 WIB
Harga emas jatuh setelah naik 3 hari beruntun karena minim stimulus
Ilustrasi: Harga emas (ANTARA FOTO)

Ada sedikit kekecewaan dengan ECB, karena ekspektasi bahwa kita akan melihat lebih banyak stimulus

Harga emas berjangka tergelincir pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena aksi ambil untung setelah menguat tiga hari berturut-turut di tengah kurangnya stimulus lebih lanjut dari Bank Sentral Eropa (ECB) dan pemerintah AS, tetapi masih didukung kekhawatiran atas pemulihan ekonomi.

Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, jatuh 16,4 dolar AS atau 0,83 persen menjadi ditutup pada 1.947,90 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Kamis (10/9/2020), emas berjangka naik 9,4 dolar AS atau 0,48 persen menjadi 1.964,30 dolar AS.

Harga emas berjangka juga terangkat 11,7 dolar AS atau 0,6 persen menjadi 1.954,9 dolar AS pada Rabu (9/9/2020), dan naik 8,9 dolar AS atau 0,46 persen menjadi 1.943,2 dolar AS pada Selasa (8/9/2020), setelah stabil di 1.933,60 dolar AS pada Senin (7/9/2020) karena pasar AS tutup untuk Hari Buruh.

Baca juga: Harga emas terangkat pelemahan dolar setelah ECB pertahankan kebijakan

Investor mengambil untung sebagai reaksi atas beberapa hari kenaikan nilai emas, yang telah bergerak ke arah atas selama beberapa bulan karena pandemi COVID-19 dan akibat kejatuhan ekonomi.

Emas juga berada di bawah tekanan ketika indeks harga konsumen yang dirilis pada Jumat (11/9/2020) oleh Departemen Tenaga Kerja AS meningkat 0,4 persen lebih baik dari perkiraan.

"Ada sedikit kekecewaan dengan ECB, karena ekspektasi bahwa kita akan melihat lebih banyak stimulus," kata Analis Pasar OANDA, Edward Moya.

Baca juga: Saham Inggris berbalik naik, Indeks FTSE 100 terangkat 0,48 persen

Presiden ECB Christine Lagarde pada Kamis (10/9/2020) menahan diri dari memberi isyarat bahwa bank akan memperluas stimulus, sementara, Senat AS memblokir RUU Partai Republik untuk bantuan baru virus corona.

"Kami beralih ke jenis lingkungan pasca-COVID. Itu berarti kami tidak akan mengeluarkan stimulus yang sama, yang memberi sinyal ke pasar bahwa segala sesuatunya akan sedikit berbeda ke depannya," kata  Ahli Strategi Pasar RJO Futures, Daniel Pavilonis.

Harga emas telah melonjak 28 persen tahun ini, didukung oleh stimulus besar-besaran oleh bank-bank sentral global, karena logam emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang.

Baca juga: Rupiah akhir pekan ditutup jatuh, terseret sentimen PSBB Jakarta

Pavilonis mengatakan harga emas bisa menyentuh 2.300 dolar AS per ounce pada akhir tahun karena ketidakpastian seputar pasar ekuitas, ekonomi, dan pemilihan AS pada November.

Investor sekarang menunggu pertemuan kebijakan Federal Reserve AS minggu depan, pada 15-16 September.

"Pemulihan pasar tenaga kerja telah sepenuhnya terhenti, Kongres telah memberikan nol dolar tambahan sejak pertemuan Fed terakhir, dan akan ada lebih banyak tekanan bagi The Fed untuk mempertahankan sikap akomodatif," kata Moya.

Baca juga: Saham Spanyol merosot lagi, Indeks IBEX 35 jatuh 0,80 persen

Para analis pasar percaya prospek umum untuk emas tetap bullish karena pejabat kesehatan AS Anthony Fauci mengatakan pada Jumat (11/9/2020) bahwa dia yakin kehidupan tidak akan kembali normal di Amerika Serikat hingga akhir 2021.

Harga logam lainnya, perak untuk pengiriman Desember turun 43,4 sen atau 1,59 persen menjadi ditutup pada 26,857 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober turun 1,4 dolar AS atau 0,15 persen menjadi ditutup pada 939,6 dolar AS per ounce.

Baca juga: Saham Jerman perpanjang kerugian, Indeks DAX 30 turun 0,05 persen

Baca juga: Saham Prancis "rebound," Indeks CAC 40 terangkat 0,20 persen

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020