• Beranda
  • Berita
  • Pengamat: Jangan ulangi kesalahan saat kembangkan kendaraan listrik

Pengamat: Jangan ulangi kesalahan saat kembangkan kendaraan listrik

13 September 2020 15:35 WIB
Pengamat: Jangan ulangi kesalahan saat kembangkan kendaraan listrik
Bus listrik yang dioperasikan oleh TransJakarta merek BYD buatan China. ANTARA/Ahmad Wijaya/am.

Harus diperhatikan, teknologi dan keamanan baterai akan menjadi hal paling krusial dalam semua kendaraan listrik

Indonesia diingatkan untuk sungguh-sungguh belajar dari China dalam mengembangkan industri kendaraan listrik, agar tidak mengulangi kesalahan dan kebiasaan yang salah pada masa lalu, kata pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus.

"Indonesia bisa belajar dari negara China. Namun, apakah Indonesia mau sungguh-sungguh belajar dari negara itu untuk jadi produsen kendaraan listrik nasional, atau hanya akan mengulang kesalahan dan kebiasaan lamanya, dengan hanya menjadikan negara ini sebagai pasar netto yang lebih menguntungkan negara prinsipal pemegang merek, itulah yang nantinya kita bisa lihat dari perjalanan waktu," katanya dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu.

Baca juga: Didukung pemerintah, industri kendaraan listrik China kini terdepan

Yannes mengatakan, Indonesia masih harus mengarungi perjalanan yang panjang dalam proses pengembangan industri kendaraan listrik. Kebijakan negara atau pemerintah merupakan aspek sangat penting dari solusi transportasi berkelanjutan berbasis baterai ini.

"Ada tiga faktor penentu yang harus dipikirkan secara bersungguh-sungguh untuk mengubah berbagai kelemahan mobil listrik menjadi sebuah kekuatan, yaitu pengembangan teknologi, konsistensi dukungan pemerintah serta perubahan perilaku individu pengguna mobil," katanya.

Dilihat dari aspek teknologi, kesiapan komponen dan infrastruktur berupa baterai serta teknologi pendukungnya, Yannes percaya pemerintah cukup serius untuk mengembangkan industri kendaraan listrik.

Namun, beberapa hal yang juga mulai mencuat adalah masalah harga energi listrik, aspek keamanan, keandalan produk, biaya produksi baterai sebagai komponen utama, serta desain kendaraan, akan menjadi hal-hal yang harus mendapat perhatian serius.

"Harus dipikirkan benar-benar, bagaimana caranya agar dari segala aspek, kendaraan listrik ini nantinya mampu bersaing dengan kendaraan bermotor yang masih menggunakan bahan bakar fosil dan alternatif yang memang masih berlimpah seperti gas dan biofuel," ujar Yannes.

Dukungan politik pemerintah melalui peraturan perundang-undangan dan kebijakan-kebijakan publik juga harus mulai dipikirkan secara serius keberlanjutannya.

Kajian ulang perlu dilakukan terhadap studi kelayakan mulai dari rencana bisnis, kesiapan infrastruktur serta dan insentif yang akan diberikan pemerintah agar program tersebut dapat bersaing dengan kendaraan berbahan bakar fosil.

Yannes memperkirakan implementasi program kendaraan listrik ini di masa depan juga akan berhadapan dengan banyak aspek lain seperti perubahan perhitungan biaya perjalanan dalam skala besar, jalan tol dan kemacetan lalu-lintas serta semakin ketatnya standar emisi, program pengembangan teknologi dan standardisasi infrastruktur pengisian listrik untuk baterai kendaraan.

"Harus diperhatikan, teknologi dan keamanan baterai akan menjadi hal paling krusial dalam semua kendaraan listrik," katanya.

Tidak perlu naif
Sebelumnya, Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut B Panjaitan mengatakan dalam pengembangan industri kendaraan listrik Indonesia akan menggandeng sejumlah negara, antara lain China.

"Negara ini teknologi industri kendaraan listriknya sudah sangat maju, dan bahkan hampir merajai industri kendaraan listrik di dunia,” kata Luhut dalam sebuah webinar bertajuk "Kesiapan Pemangku Kepentingan Dalam Percepatan Investasi Produksi Kendaraan Listrik dan Infrastruktur Pendukung" di Jakarta, pekan lalu.

Indonesia, kata Luhut, tidak perlu naif untuk belajar teknologi kendaraan listrik dari China karena negara itu memiliki pengalaman yang sudah sangat lama dalam mengembangkan kendaraan listrik.

Namun demikian, Luhut mengingatkan, ke depannya harus ada transfer teknologi agar tenaga-tenaga ahli Indonesia nantinya juga mampu secara mandiri mengembangkannya.

"Untuk itu Indonesia sudah mengirimkan banyak tenaga ahli ke berbagai universitas terkemuka ke China untuk belajar bagaimana mengembangkan kendaraan listrik. Kita pelajari keberhasilannya, juga kesalahan yang pernah mereka alami," kata Luhut.

Baca juga: Luhut nilai saat ini momentum terbaik kembangkan kendaraan listrik
Baca juga: DKI targetkan 2030 seluruh armada bus Transjakarta gunakan bus listrik

Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020