Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan kebijakan Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk jangka pendek adalah fokus mengupayakan pengembangan ekspor produk yang memiliki tingkat pertumbuhan positif di masa pandemi COVID-19.Misalnya, berupa makanan dan minuman olahan serta alat-alat kesehatan
"Misalnya, berupa makanan dan minuman olahan serta alat-alat kesehatan," ujar Agus dalam rapat kerja bersama Komite II Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia secara daring di Jakarta, Selasa.
Sementara, kebijakan untuk jangka menengah, Kemendag akan mempertahankan produk-produk yang memiliki market power, kemudian meningkatkan pangsa pasar produk potensial, serta memulihkan produk yang kehilangan pangsa pasar.
Secara umum, Agus mengungkapkan bahwa komoditas barang kebutuhan pokok yang dapat menyumbang deflasi antara lain daging ayam ras, bawang merah, dan lainnya.
Sedangkan komoditas yang menyumbang inflasi hanya minyak goreng, dengan andil 0,01 persen.
Ia menambahkan, Kemendag akan terus berikhtiar agar ekspor Indonesia dapat terus meningkat serta terciptanya lapangan kerja dan kestabilan harga bahan pokok di dalam negeri.
Adapun rencana dalam satu tahun ke depan, kata Agus, Kemendag akan mulai pendekatan pada pasar-pasar (markets) yang pulih dan mulai pulih kondisi penanganan COVID-19 di negaranya.
“Kami akan fokus pada pasar yang pulih atau mulai putih seperti Australia dan Selandia Baru, Inggris, Uni Emirat Arab, dan kawasan Afrika,” kata Agus.
Sementara itu, Ketua Komite II DPD RI Yorrys Raweyai menilai pemerintah juga perlu melindungi dunia usaha dan konsumen rumah tangga yang berperan menggerakkan roda perekonomian di tengah pandemi COVID-19.
Menurut Yorrys, sektor perdagangan Indonesia sebetulnya masih dapat ditopang melalui konsumsi rumah tangga, tapi konsumsi rumah tangga juga mengalami penurunan hingga minus 6,51 persen pada Triwulan II Tahun 2020.
“Maka diperlukan kebijakan Pemerintah dari sisi supply dan demand untuk menunjang kembali konsumsi rumah tangga,” kata Yorrys saat Rapat Kerja secara virtual dengan Menteri Perdagangan, Jakarta, Selasa (22/9).
Terlebih, menurut Yorrys, telah terjadi pertumbuhan negatif untuk sektor perdagangan yang dinilai disebabkan oleh kemandekan (kontraksi) ekspor barang dan jasa pada titik minus 12,81 persen dan kontraksi impor hingga minus 14,16 persen, kata Senator asal Papua tersebut.
"Keadaan itu juga diperburuk dengan sebagian besar mitra dagang Indonesia yang mengalami kontraksi perekonomian,” ujar Yorrys.
Pada kesempatan itu, anggota DPD RI Provinsi Sulawesi Utara Stefanus B.A.N. Liow meminta Kemendag memberikan langkah konkret terhadap peningkatan kesejahteraan daerah, khususnya terhadap hasil pertanian yang dimiliki.
Lantaran nilai jual seperti Cengkeh, Pala, dan komoditas sejenisnya di Sulawesi Utara mengalami penurunan harga.
“Untuk saat ini produk Cengkeh, Pala, dan komoditasnya saat ini harganya anjlok. Maka kami berharap Kemendag bisa memperhatikan hal ini,” kata Liow.
Baca juga: Trade Expo Indonesia 2020 bakal digelar secara virtual mulai November
Baca juga: Mendag ajak masyarakat beli produk pernak-pernik buatan Indonesia
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020