• Beranda
  • Berita
  • Kemenkes minta masyarakat waspadai leptospirosis, DBD dan malaria

Kemenkes minta masyarakat waspadai leptospirosis, DBD dan malaria

23 September 2020 10:40 WIB
Kemenkes minta masyarakat waspadai leptospirosis, DBD dan malaria
Ilustrasi - Nyamuk Aedes aegypti jantan pembawa bakteri Wolbachia dilepas di area percobaan kawasan perumahan di Singapura, Kamis (27/8/2020). Pelepasan nyamuk jantan berbakteri Wolbachia itu untuk menekan penyebaran virus DBD melalui perkawinan dengan nyamuk betina pembawa virus DBD sehingga nyamuk betina beserta telurnya dapat terinfeksi Wolbachia dan melumpuhkan virus DBD. ANTARA FOTO/REUTERS/Edgar Su/foc.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta masyarakat untuk waspada dengan munculnya penyakit malaria dan demam berdarah (DBD) yang dibawa oleh nyamuk dan leptospirosis yang ditularkan oleh tikus saat ancaman banjir selama musim penghujan serta dapat memunculkan berbagai penyakit.

"Yang sering diwaspadai (di Direktorat) Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik (Kemenkes) itu ada tiga biasanya, yang utama biasanya setelah banjir, yaitu penyakit leptospirosis, kemudian yang jelas DBD itu meningkat ketika musim hujan. Kemudian malaria," kata Kepala Pusat Data dan Informasi Direktorat Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Didik Budijanto melalui sambungan telepon kepada ANTARA, Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan selama musim penghujan atau musim pancaroba datang, ada banyak penyakit yang dibawa oleh berbagai macam hewan. Dan tiga yang menjadi perhatian adalah penyakit demam berdarah (DBD) dan penyakit malaria yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti dan nyamuk anopheles betina, serta penyakit leptospirosis yang ditularkan oleh hewan pengerat seperti tikus.

Baca juga: Ahli: Pencegahan DBD masa pandemi dengan turunkan vektor nyamuk

Baca juga: Enam meninggal, warga Cianjur diimbau waspadai DBD


"Ini yang semuanya tular vektor. Yang pertama vektor nyamuk, kedua leptospirosis ini adalah dari tikus. Ketiga itu yang kemungkinan sering terjadi," katanya.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Kemenkes berupaya terjun langsung ke lapangan bersama Dinas Kesehatan dan Puskesmas setempat untuk mengingatkan masyarakat tentang perlunya melaksanakan 3M Plus, yaitu menguras, menutup dan mendaur ulang tempat atau benda-benda yang dapat berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk-nyamuk.

"Plusnya adalah bisa dengan memberi abatisasi atau memberikan ikan kepala perak," katanya.

Kemudian, Kemenkes juga mengingatkan perlunya melaksanakan gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik) untuk memutus mata rantai hidup nyamuk-nyamuk tersebut.

"Itu untuk yang DBD dan juga malaria. Kenapa? Supaya tidak memberatkan kondisi pandemi kalau ada kasus COVID-19 di (daerah) situ," katanya.

Kemudian, untuk mengantisipasi kasus leptospirosis pascabanjir, Kemenkes tetap melaksanakan pemeriksaan kasus, mencoba menemukan kasus secara dini baik melalui laboratorium atau melalui penemuan atau penyelidikan epidemiologi.

Pemerintah melalui Kemenkes juga mengimbau masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk menghindari kemungkinan munculnya penyakit yang ditularkan oleh kencing tikus.

Selain dinilai penting untuk mencegah penyebaran virus SARS-CoV-2, penyebab penyakit COVID-19, perilaku hidup bersih dan sehat, terutama dengan sering mencuci tangan dengan sabun, juga dianggap penting untuk mencegah penularan penyakit leptospirosis.

"Kalau harus bersih-bersih gorong-gorong atau got itu harus pakai sepatu bot supaya tidak terinfeksi. Apalagi kalau ada luka. Nah, itu yang harus hati-hati," demikian kata Didik.*

Baca juga: Satu warga Sleman meninggal akibat leptospirosis

Baca juga: Dinkes Pontianak imbau masyarakat waspada "urin tikus" bagi kesehatan

Pewarta: Katriana
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020