Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan kegiatan hilirisasi merupakan kunci mengoptimalkan hasil tambang mineral dan batu bara (minerba).Di sektor (pertambangan) ini, memang kalau mau dioptimalkan jalannya adalah hilirisasi
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara telah mengamanatkan tidak ada lagi ekspor bahan mentah tambang.
"Di sektor (pertambangan) ini, memang kalau mau dioptimalkan jalannya adalah hilirisasi. Bagaimana kita bisa memanfaatkan bahan-bahan mentah menjadi produk-produk lanjutan yang mempunyai nilai tambah lebih tinggi. Ini yang harus kita lakukan, yakni meningkatkan nilai tambah dengan hilirisasi," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam keterangannya yang dikutip di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Luhut minta Kaltim kembangkan hilirisasi dorong ekonomi pascapandemi
Menurut dia, kebijakan hilirisasi ini harus direspons dengan keberadaan industri-industri hilirnya sebagai pendukung yang menampung hasil tambang.
"Kita harus merespons kebijakan hilirisasi ini dengan industri-industri hilirnya. Industri hilirnya inilah yang harus kita kembangkan untuk menampung (hasil tambang) ini," terangnya.
Dalam Undang-Undang Minerba yang baru, lanjut Arifin, sudah ada keharusan program hilirisasi.
"Setiap produk pertambangan harus diproses lebih lanjut, seperti produk batubara, bisa diproses menjadi sintesis gas untuk produk-produk petrokimia atau ditingkatkan nilai kalorinya sehingga dapat digunakan untuk industri baja," ujarnya.
Baca juga: Hingga Juni 2020, Menteri ESDM sebut kapasitas pembangkit capai 71 GW
Menurut Menteri ESDM, proses hilirisasi ini akan menjadi andalan pemerintah ke depan untuk berkontribusi pada penerimaan negara.
Produk hilirisasi berupa gasifikasi batubara juga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan gas untuk rumah tangga.
Untuk mineral seperti tembaga, nikel, emas, timah, dan bauksit bisa menjadi produk lanjutan yang bernilai tinggi.
Baca juga: Harga Batubara Acuan turun lagi, jadi 49,42 dolar per September
"Produk-produk tersebut baru separuh jalan saja sudah menghasilkan devisa yang besar. Misalnya, nikel, dari produk ini sudah didapat devisa sebesar 10 miliar dolar AS. Penerimaan dari mineral ini akan terus bertambah besar seiring tumbuhnya industri hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambahnya," tambah Menteri ESDM.
Hilirisasi produk pertambangan merupakan kebijakan strategis nasional untuk meningkatkan nilai tambah sekaligus meningkatkan penerimaan negara.
Kementerian ESDM memproyeksikan pada 2022, ada 52 unit pabrik pengolahan hasil tambang mineral (smelter) yang beroperasi.
Smelter itu terdiri atas nikel sebanyak 29 unit, bauksit 9 unit, besi 4 unit, tembaga 4 unit, mangan 2 unit, serta seng dan timbal 4 unit.
Baca juga: Komisi VII apresiasi Kementerian ESDM capaian opini WTP
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020