Pada saat itu AMPTT belum mempunyai pengurus, menurut laman resmi Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI), dikutip Minggu.
Pada 3 September 1945, AMPPT yang digerakkan oleh Soetoko, mengadakan pertemuan untuk merealisasikan pemindahan kekuasaan Kantor Pusat PTT. Dalam rapat tersebut disepakati bahwa Kantor Pusat PTT harus sudah dikuasai paling lambat akhir bulan September 1945.
Sementara, saat itu, Komandan Pasukan Jepang menginstruksikan bahwa penyerahan Kantor Pusat PTT harus dilakukan oleh sekutu.
Proklamasi Kemerdekaan sudah berlangsung selama satu bulan, para pemuda berusaha mendekati Jepang supaya menyerahkan kekuasaan Kantor PTT.
Pada 23 September 1945, Soetoko dan kawan-kawan kembali berunding meminta kesediaan Mas Soeharto dan R. Dijar untuk menuntut pihak Jepang menyerahkan kekuasaan PTT secara damai, akan tetapi jika pihak Jepang tidak mau menyerahkannya, akan ditempuh jalan kekerasan dengan kekuatan yang ada dan bantuan dari rakyat.
Rencananya, setelah kekuasaan direbut, mereka akan mengangkat Mas Soeharto menjadi Kepala Jawatan PTT dan R. Dijar sebagai wakilnya.
Keesokan harinya, pada 24 September, Soetoko meminta Mas Soeharto dan R. Dijar, tanpa menunggu instruksi dari Jakarta, menemui pimpinan PTT Jepang, Osada, untuk berunding dan mendesak agar hari itu juga pihak Jepang mau menyerahkan pimpinan Jawatan PTT secara terhormat kepada Bangsa Indonesia.
Namun, perundingan yang dilakukan oleh Mas Soeharto dan R. Dijar gagal.
Perjuangan AMPTT
Pada 26 September 1945, Soetoko bersama AMPTT melakukan koordinasi menyusun rencana untuk meruntuhkan tanggul dan mengelilingi kantor dalam upaya perebutan kekuasaan Jawatan PTT dari tangan Jepang, akan dilaksanakan pada 27 September 1945.
Siasat dan taktik disusun, malam itu juga AMPTT mencari dan mengumpulkan senjata tajam, kendaraan bermotor, senjata api dan kebutuhan lainnya.
Setelah tiga hari berturut-turut diadakan perundingan dengan pihak Jepang dan terus gagal, tibalah hari yang bersejarah yakni tanggal 27 September 1945.
Ketika itu AMPTT siap dengan senjatanya masing-masing. Rakyat sudah dikerahkan dan massa sudah berkumpul di halaman.
AMPTT memasuki ruangan kantor yang dikuasai Jepang dan membuat mereka tidak dapat berbuat apa-apa, dan secara sukarela mereka menyerahkan senjata.
Setelah itu Soetoko segera membawa Mas Soeharto dan R. Dijar ke depan massa. Di depan massa, Soetoko membacakan teks, yang berbunyi:
"Atas nama pegawai PTT dengan ini, dengan disaksikan oleh masyarakat yang berkumpul di halaman PTT jam 11.00 tanggal 27 September 1945. Kami mengangkat Bapak Mas Soeharto dan Bapak R. Dijar, masing-masing menjadi Kepala dan Wakil Kepala Jawatan PTT seluruh Indonesia. Atas nama AMPTT, tertanda : Soetoko."
Pada saat itu di dalam Kantor Jawatan PTT beberapa pemuda menurunkan bendera Jepang, dan sebagai gantinya mereka mengibarkan Bendera Merah Putih pada tiang listrik.
Massa yang menjadi saksi mata dalam peristiwa yang mengakhiri kekuasaan kolonial Kantor Pusat PTT itu mengumandangkan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
Seluruh Jawatan PTT dengan semua eselonnya memberikan kontribusi dalam melaksanakan amanat Proklamasi Kemerdekaan, yaitu "Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya."
Dengan demikian setiap tahun tanggal 27 September diperingati sebagai Hari Bhakti Postel.
Baca juga: Harapan "anak cucu" industri telekomunikasi di Hari Bhakti Postel ke-73
Baca juga: Menjamurnya startup bukti tumbuhnya ekosistem digital Indonesia
Baca juga: Hari Bhakti Postel momentum sinergi tumbuhkan ekonomi digital
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020