Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur, Drajat Irawan mengatakan ekspor furnitur Jatim meningkat pascapelonggaran lockdown di beberapa negara, sehingga industri yang menjadi salah satu subsektor pendukung PDRB itu mulai menggeliat.Kebijakan lockdown di berbagai negara sempat menghambat arus lalu lintas keluar masuk barang antarnegara, baik bahan baku maupun produk. Akan tetapi, setelah kebijakan lockdown dicabut beberapa negara mulai meningkatkan permintaannya, sebut saja Amer
"Kebijakan lockdown di berbagai negara sempat menghambat arus lalu lintas keluar masuk barang antarnegara, baik bahan baku maupun produk. Akan tetapi, setelah kebijakan lockdown dicabut beberapa negara mulai meningkatkan permintaannya, sebut saja Amerika Serikat," kata Drajat, dalam siaran persnya di Surabaya, Selasa.
Berdasarkan pusat data dan Informasi (Pusdatin) Kemenperin tahun 2020, ekspor furniture Jatim khususnya olahan kayu dan furnitur pada bulan Januari sebesar 146,21 juta dolar AS, kemudian Februari dan Maret naik secara berturut-turut sebesar 155,06 juta dolar AS, dan 161,92 juta dolar AS.
Baca juga: Ekspor furnitur di Cirebon terus tumbuh di masa AKB
Namun, April dan Mei saat terjadi lockdown ekspor menurun secara berturut- turut sebesar 143,31 juta dolar AS dan 115,86 juta dolar AS, hal ini juga dikarenakan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah di Indonesia.
Sementara itu, terhitung pada Juni ketika lockdown dicabut beberapa negara, ekspor kembali naik di angka 146,36 juta dolar AS, atau lebih tinggi daripada bulan Januari.
"Pada periode semester I, Januari hingga Juni 2020, nilai ekspor industri furnitur dan olahan kayu di Jatim sebesar 868,74 juta dolar AS, sedangkan nilai impor sebesar 45,16 juta dolar AS, sehingga terjadi surplus senilai 823,58 juta dolar AS," kata Drajat kepada wartawan.
Baca juga: Kemenperin genjot kinerja industri furnitur
Drajat mengatakan negara yang menjadi tujuan ekspor produk furnitur Jawa Timur mayoritas adalah Amerika Serikat, Jepang, Inggris serta negara-negara di Eropa antara lain Perancis, Jerman, Belanda, Belgia, dan Italia. Sedangkan impor produk furnitur terbanyak berasal dari China.
Terkait konsumsi dalam negeri, Drajat mengklaim juga mulai meningkat di masa adaptasi kebiasaan baru, karena orang-orang lebih banyak beraktivitas di rumah, sehingga berkeinginan mempercantik dan menambah fungsi rumah sehingga mendorong peningkatan konsumsi furniture.
Drajat mengaku Pemprov Jatim akan terus mendorong peningkatan pasar ekspor produk industri furnitur melalui layanan unit pelayanan teknis (UPT) Kayu yang berkaitan dengan pembuatan furniture, kemudian pelatihan showroom produk IKM binaan komoditas kayu serta pendampingan IKM.
"Pemprov Jatim juga melakukan promosi misi dagang produk furniture secara daring dan luring, peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui bimbingan teknis, pengembangan desain produk furniture yang inovatif dan marketable, perluasan pasar dengan memanfaatkan platform digital melalui e-commerce maupun media daring, serta peningkatan kualitas produk melalui standarisasi produk industri, dan pengembangan sentra industri," katanya.
Drajat berharap, industri pengolahan kayu Jatim yang berasal dari Ngawi, Madiun, Nganjuk, Jombang, Tuban, Bojonegoro, Pasuruan, Probolinggo, Malang dan Lumajang bisa terus bergeliat, sehingga mampu mendorong pemulihan ekonomi nasional pascapandemi.
Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020