• Beranda
  • Berita
  • KLHK: Konsumen punya kekuatan dorong produsen pilih opsi berkelanjutan

KLHK: Konsumen punya kekuatan dorong produsen pilih opsi berkelanjutan

30 September 2020 14:11 WIB
KLHK: Konsumen punya kekuatan dorong produsen pilih opsi berkelanjutan
Tangkapan layar - Direktur Pengelolaan Sampah KLHK Novrizal Tahar dalam acara konferensi pers virtual Garnier Green Beauty yang dipantau dari Jakarta pada Rabu (30/9/2020) (ANTARA/Prisca Triferna)

memang produk yang produsennya berpikir berkelanjutan, kelestarian lingkungan, itu akan menjadi pilihan

Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Novrizal Tahar mengatakan konsumen memiliki kekuatan untuk mendorong produsen kebutuhan hidup memilih opsi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

"Konsumen itu memiliki kekuatan untuk memilih produk-produknya sehingga memang produk yang produsennya yang berpikir berkelanjutan, kelestarian lingkungan itu akan menjadi pilihan," kata Novrizal dalam acara konferensi pers virtual "Garnier Green Beauty" yang dipantau dari Jakarta pada Rabu.

Baca juga: KLHK: Gaya hidup masa depan adalah berkelanjutan

Produk-produk yang tidak ramah lingkungan, kata Novrizal, banyak tidak dipilih oleh masyarakat yang semakin sadar akan pentingnya gaya hidup berkelanjutan. Hal itu menyebabkan mereka mulai tidak dipilih oleh masyarakat.

Untuk mendukung gaya hidup hijau itu, Novrizal mendorong perusahaan untuk membangun budaya perusahaan yang lebih ramah lingkungan. Ia memberi contoh bagaimana perusahaan mulai membuat program-program pengurangan sampah plastik kemasan.

Baca juga: Jonan sebut kampanye BBM ramah lingkungan tugas KLHK dan Kemenkes

Pemerintah sendiri sebenarnya sudah mengeluarkan Peraturan Menteri LHK Nomor P.75/MenLHK/Setjen/Kum.1/10/2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen sebagai salah satu bentuk upaya mencapai target pengurangan sampah oleh produsen sebesar 30 persen pada 2029.

Di peta jalan tersebut mengatur tiga jenis produsen yaitu manufaktur, ritel serta jasa makanan dan minuman untuk pengurangan sampah produk atau kemasan berbahan plastik, alumunium, kertas dan kaca.

Baca juga: DPR minta Kajian Lingkungan Hidup Strategis food estate Sumut ke KLHK

Langkah pengurangan plastik itu penting, ujar Novrizal, karena terdapat penelitian terbaru menunjukkan bahwa diperlukan upaya yang lebih besar untuk mengurangi sampah plastik di laut pada 2030. Penelitian itu merupakan lanjutan dari hasil penelitian Jenna Jambeck pada 2015 yang menemukan 12,7 juta ton plastik masuk ke lautan pada 2010.

"Tentu kita tidak ingin itu menjadi kenyataan," kata Novrizal.

Baca juga: Jumlah tak lebih 100, penyelamatan badak sumatera libatkan masyarakat

 

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020