"Merasa terapresiasi dan senang mengetahui karya saya diakui oleh lembaga sebesar World Bank lewat penghargaan ini," kata Annisa lewat siaran pers IPB University yang diterima di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Mahasiswi penjual roti lulusan terbaik IPB University
Adapun Ecofunopoly dikembangkan Annisa sejak semester 4 di Departemen Arsitektur Lanskap IPB University bersama sahabatnya Namira Andiani.
Annisa mengatakan kompetisi dari Bank Dunia itu diikuti 2.400 pelamar. Dia mewakili Asia Pasifik dalam ajang tersebut dan berhasil bersanding dengan enam pemenang lainnya yang berasal dari berbagai negara yaitu Palestina, Nigeria, Pakistan, Zambia, Yunani dan Kosta Rica.
Ecofunopoly, kata dia, terinspirasi dari keresahan atas fenomena tak sedikitnya perilaku buruk manusia terhadap lingkungan sehingga mendorongnya untuk membawa isu lingkungan di kalangan generasi muda dengan metode edukasi yang mudah dan menyenangkan.
"Saya waktu kecil sering main game, hal itu membuat saya tercetus untuk membuat papan permainan. Awal mula buat game-game tersebut bukan untuk bisnis, ternyata karya ini diberi jalan untuk naik kelas ke taraf internasional. Pertama-tama saya produksi kecil-kecilan, lalu setelah itu semakin berkembang," katanya.
"Dan sejauh ini kita sudah berkolaborasi dengan banyak lembaga seperti IFRC, UNESCO, YSEALI, UN Volunteers," kata dia.
Baca juga: Anak pensiunan TNI AD raih lulusan terbaik IPB University
Baca juga: Inovasi mahasiswa IPB raih juara satu kompetisi riset dan teknologi
Baca juga: Dua mahasiswi IPB University raih juara karya tulis Kemdikbud
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020