Mencegah klaster pasar tradisional

5 Oktober 2020 17:43 WIB
Mencegah klaster pasar tradisional
Petugas Puskesmas Duren Sawit, Jakarta Timur, melakukan rapid test dan swab terhadap 66 pedagang di Pasar Perumnas Klender, Jumat (29/5/2020). ANTARA/HO-Puskesmas Duren Sawit/am.
Pasar tradisional masih menjadi tempat yang rawan terjadinya penularan virus corona (COVID-19).

Hal ini terjadi akibat pedagang yang abai dalam menggunakan masker, ditambah kondisi pasar yang padat dan sirkulasi udara yang kurang.

Dampaknya Pemprov DKI Jakarta telah menutup sementara beberapa pasar tradisional setelah beberapa pedagang ditemukan positif COVID-19 dari hasil tes cepat dan tes usap. Terakhir terjadi di Pasar Ciplak di Kelurahan Karet Kuningan, Jakarta Selatan, setelah enam pedagangnya dinyatakan positif terinfeksi COVID-19.

Polda Metro Jaya dan Pemprov DKI Jakarta secara terus-menerus melaksanakan Operasi Yustisi untuk memberikan efek jera bagi masyarakat yang abai terhadap protokol kesehatan. Namun masih muncul klaster-klaster baru serta yang paling banyak terjadi di pasar tradisional.

Namun Pemprov DKI Jakarta juga tidak bisa gegabah menutup pasar tradisional dalam jangka panjang karena banyak masyarakat yang menggantungkan hidup dari aktivitas berdagang. Karena itu diputuskan untuk menutup pasar selama tiga hari saja.

Selama pasar ditutup dilakukan penyemprotan disinfektan serta pedagang yang memang positif dilakukan isolasi serta dilakukan tracing (penelusuran) siapa saja yang telah melakukan kontak erat dengan penderita.

Baca juga: PMI semprot disinfektan lima pasar di Jakarta Selatan
Baca juga: Delapan pasar tradisional di Jakarta jadi sumber penularan COVID-19
Patuh terhadap protokol kesehatan kunci menghindari klaster COVID-19. (ANTARA/Ganet Dirgantoro)

Pertanyaannya efektifkah untuk menekan penyebaran COVID-19? Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan langkah itu yang paling maksimal untuk meminimalkan terjadinya klaster di pasar tradisional.

Tingginya penularan di pasar tradisional juga membuat berbagai pihak prihatin termasuk komunitas yang tergabung dalam Gerakan Pakai Masker (GPM). Selama ini GPM tidak pernah surut untuk mengajak masyarakat agar rajin menggunakan masker.

Ekonom senior Indef sekaligus Pendiri GPM Dr. Aviliani SE, MSi mengatakan pasar tradisional sebagai pilihan untuk melakukan sosialisasi mengingat pasar merupakan urat nadi perekonomian Indonesia. Bahkan perputaran ekonomi suatu wilayah terjadi karena adanya pasar tradisional.

Gandeng
Mengingat pentingnya mencegah klaster COVID-19 di pasar tradisional, GPM kemudian melaksanakan sosialisasi penggunaan masker di pasar-pasar tradisional dengan menggandeng institusi keuangan. Antara lain Bank BNI, Adira Finance, Perbarindo (Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia) dan Asparindo (Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia).

Terkait sosialisasi penggunaan masker, belum lama ini GPM juga menyelenggarakan webinar serta menyosialisasikan melalui kanal Youtube. Tentunya menyasar pedagang dan pengelola pasar.

Selain menyelenggarakan webinar, GPM berinisiatif fokus pada kegiatan kemanusiaan untuk melaksanakan edukasi maupun sosialisasi gerakan tertib memakai masker kepada masyarakat.

Hal ini merupakan upaya minimal yang bisa dilakukan masyarakat untuk menekan penyebaran virus COVID-19. Dengan disiplin menggunakan masker, masyarakat dapat menekan angka penyebaran penularan virus hingga 75 persen.

Jika langkah itu diikuti dengan disiplin menjaga jarak dan rajin mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, maka penyebaran penularan dapat ditekan hingga 90 persen.

Baca juga: Jakarta Timur berlakukan akses satu pintu pasar tradisional
Baca juga: Damkar Jakarta Timur semprot disinfektan 31 pasar tradisional
Relawan PMI Jakarta Selatan melakukan penyemprotan disinfektan di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan dalam rangka sterilisasi dan pencegahan COVID-19 pada masa normal baru, Kamis (18/6/2020) (ANTARA/Laily Rahmawaty)
Selaku Ketua GPM, Sigit Pramono mengatakan per tanggal 22 September 2020, korban meninggal akibat virus COVID-19 di Indonesia sudah mencapai angka 9.677 orang.

Penyebaran virus yang sangat masif pastinya sangat mengkhawatirkan. Karena itulah perlu upaya bersama agar dapat menangani isu kesehatan dan juga menyelamatkan nyawa ekonomi.

Menurut ahli, pandemi COVID-19 telah mendorong berkembangnya empat mega shift dalam perilaku konsumen. Yaitu munculnya solidaritas sosial, digitalisasi (go virtual), kecenderungan bekerja dari rumah dan masyarakat yang akan fokus untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

Perubahan perilaku konsumen yang bekerja dari rumah dan berkembangnya sistem digital itu nantinya akan memunculkan sistem perekonomian baru, yaitu low touch economy.

Dalam sistem ini, interaksi langsung/kontak fisik akan berkurang. Dengan demikian akan timbul kebiasaan baru, yaitu cashless society, yakni masyarakat mengurangi penggunaan uang tunai dalam bertransaksi.

Sigit mengatakan menghadapi perubahan demikian pelaku usaha harus dapat beradaptasi dengan keadaan ini. Semua bisnis harus menuju ke arah digital, baik pelaku pasar rakyat, perbankan maupun bisnis lain.

Baca juga: Warga DKI Jakarta dapat berbelanja di pasar secara jarak jauh
Baca juga: Pasar Jaya gelar "belanja dari rumah" di tengah wabah COVID-19
Petugas menyemprotkan cairan disinfektan ke kios-kiso dalam Pasar Mayestik, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (15/9/2020) (ANTARA/Laily Rahmawaty)
Ketua Umum Asparindo, Y. Joko Setiyanto memaparkan bahwa jauh sebelum adanya pandemi ini, Asparindo sudah mencanangkan digitalisasi pasar rakyat.

Program digitalisasi ini disampaikan dalam kongres yang dibuka langsung oleh Presiden RI Joko Widodo pada 12 Desember 2018. Saat itu para pelaku pasar telah menyadari pentingnya proses digitalisasi untuk kegiatan di pasar dan saat ini merupakan keharusan melaksanakannya.

Salah satu buktinya adalah telah disiapkan satu platform digital untuk pasar yang dikenal dengan nama "Pazza".

Joko Setiyanto menyatakan kesiapannya untuk mendukung upaya GPM melaksanakan edukasi dan sosialisasi terutama ke pasar-pasar rakyat, sehingga kesehatan pasar dapat terkawal dengan baik dan pasar terus hidup.

Peningkatan terkonfirmasi positif COVID-19 saat ini sudah mencapai lebih 3.000 orang per hari. Karena itu, Ketua Umum Perbarindo Joko Suyanto menyambut baik gerakan kemanusiaan yang dilaksanakan oleh GPM yang mengajak masyarakat untuk tertib menggunakan masker.

Sejalan dengan GPM, dalam rangka mencegah penyebaran COVID-19 Perbarindo berperan aktif dalam pencegahan dan pengendalian. Caranya dengan terus berkoordinasi menerapkan protokol kesehatan, membagikan masker dan hand sanitizer serta berbagi pada masyarakat terdampak.

Selain itu, Perbarindo mengoptimalkan pertemuan virtual dengan nasabah untuk menggunakan layanan digital dalam upaya menghindari kontak langsung.

Saat ini pelaku pasar merupakan mitra strategis bagi BPR, terbukti lebih dari 50 persen pemilik rekening BPR adalah pelaku pasar. Karena itu upaya menjaga pasar untuk tetap hidup dan berkembang tentunya menjadi hal yang sangat penting.

BNI sangat mendukung digitalisasi di masyarakat dan pasar. Direktur Hubungan Kelembagaan PT Bank Negara Indonesia Sis Apik menyebutkan bahwa tahap awal yang harus disiapkan adalah sistem pembayarannya.

Saat ini beberapa pasar telah menggunakan sistem pembayaran secara elektronik, yaitu menggunakan layanan fintech dan kartu elektronik.

Setelah sistem pembayarannya siap, pelaku pasar harus membangun digital ekosistem, seperti yang sekarang ini sudah ada aplikasinya seperti sayurbox. Ke depan, semua pelaku pasar harus dibangun kearah itu.

Selain mengurangi sentuhan fisik dan jaga jarak, menggunakan aplikasi ini lebih aman dan efisien, lebih mudah dikontrol serta meminimalkan tindakan kriminal.

Baca juga: Sebanyak 21 pasar tradisional di Jakarta akan direvitalisasi
Baca juga: Pasar Mayestik Jaksel ditutup untuk kedua kali
Pendiri Gerakan Pakai Masker, Aviliani. (HO GPM)
Percepat Transformasi
Perubahan dengan adanya pandemi juga disampaikan pendiri GPM, Aviliani yang menyebutkan pandemi ini dapat mempercepat transformasi di seluruh bidang. Begitu pula dengan pasar.

Pasar akan mengalami distorsi yang besar, kebiasaan digitalisasi tidak akan berubah setelah pandemi berlalu. Hal ini dikarenakan masyarakat lebih cerdas, mendahulukan keamanan dan kenyamanan.

Konsep digital di pasar akan membuat Keberadaan pasar tetap ada, kegiatan transaksi dilaksanakan secara digital dan pasar itu sendiri diarahkan untuk tujuan wisata.

Karena itu, pasar harus berbenah menjadi tempat yang aman dan nyaman. Ini salah satu upaya agar pelaku pasar seperti kuli panggul tidak kehilangan pekerjaan, ungkap Avi.

Hal senada juga diungkap pimpinan Adira Finance sebagai salah satu perusahaan pembiayaan yang banyak bergerak di lingkungan pasar. Perusahaan pembiayaan ini menggelar program CSR sejak tahun 2015 untuk ikut membangun pasar.

COVID-19, kata Human Capital & Marketing Director Adira Finance Swandajani Gunadi 
menyebabkan bisnis anjlok lebih 40 persen.

Untuk itu Adira Finance membantu pelaku pasar supaya bangkit. Saat ini ada 30 pasar binaan melalui Festival Pasar Rakyat Adira dan juga dikembangkannya bisnis portofolio Kedai UKM yang menjadi representatif Adira, jelas

Pola pasar memang harus diubah agar tetap eksis dengan melaksanakan digitalisasi. Pasar juga dapat dijadikan tempat belanja yang nyaman, aman serta sekaligus jadi tujuan wisata, baik untuk pengunjung domestik maupun dari luar negeri, dengan setiap pasar dapat memberikan ciri khasnya masing-masing.

Perubahan ini akan terus berlanjut seperti kebiasaan manusia yang kini telah berubah seiring perkembangan jaman di era adaptasi kebiasaan baru ini.

Bertransformasinya pasar tradisional dengan memanfaatkan teknologi digital tidak hanya mencegah terjadinya klaster baru COVID-19, tetapi juga dapat mendongkrak ekonomi di wilayah itu.

Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020