Penemuan ilmuwan Harvey Alter, Charles Rice dan warga Inggris Michael Houghton berarti adanya peluang untuk memberantas virus Hepatitis C, sebuah tujuan yang ingin dicapai Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam satu dekade ke depan.
Ketiganya berbagi penghargaan senilai 10 juta kron Swedia (1,1 juta dolar AS) atas penemuan yang pembuktian bahwa sebuah virus yang ditularkan melalui darah dapat menyebabkan Hepatitis C, yang menimpa lebih dari 70 juta orang dan menyebabkan sekitar 400.000 kematian setiap tahun.
"Ini adalah berita yang sangat besar, tidak diragukan lagi akan menghidupkan kembali upaya untuk menghilangkan Hepatitis C sebagai ancaman global pada tahun 2030," kata Professor Gregory Dore, kepala Program Penelitian Klinis Viral Hepatitis di Kirby Institute di Sydney, Australia.
Nominasi untuk penghargaan tahun ini mendahului penyebaran global pandemi virus corona jenis baru, tetapi pilihan pemenang-pemenang mengakui pentingnya mengidentifikasi virus sebagai langkah pertama dalam memenangkan peperangan melawan penyakit baru, kata Thomas Perlmann yang merupakan Sekretaris Jenderal Majelis Nobel.
Perlmann mengatakan bahwa dia berhasil menghubungi Alter and Rice pada awal hari mereka berada di Amerika Serikat. "Mereka sangat terkejut, senang dan tidak bisa berkata-kata," katanya kepada wartawan.
Ini adalah Penghargaan Nobel Kedokteran kedua yang dianugerahi untuk penelitian hepatitis setelah Baruch Blumberg menang pada tahun 1976 untuk penemuan bahwa salah satu bentuk hepatitis yang ditularkan melalui darah disebabkan oleh virus yang kemudian dikenal sebagai Hepatitis B. Hepatitis A, yang mudah diobati, ditularkan melalui air atau makanan yang terkontaminasi.
"Sebelum penemuan virus Hepatitis C, mendapatkan transfusi darah sedikit seperti permainan Russian roulette," kata anggota Komite Nobel Nils-Goran Larsson, yang menambahkan bahwa jutaan jiwa kini dapat menerima transfusi yang aman dan produk darah.
TIGA LANGKAH
Penghargaan bersama ini diberikan untuk penelitian yang dilakukan pada tahun 1960-an ketika Alter, yang bekerja di Institut Kesehatan Nasional AS (NIH), menemukan bahwa penyakit hati dapat menyebar melalui transfusi darah yang tidak disebabkan oleh Hepatitis A atau B.
Tim itu dipimpin oleh Houghton, yang saat itu bekerja untuk perusahaan farmasi Chiron, yang pada pertengahan 1980-an mampu membuat tiruan virus baru dari fragmen yang ditemukan dalam darah simpanse yang terinfeksi.
Virus ini, yang termasuk dalam keluarga Flavivirus, bernama Hepatitis C. Identifikasi virus ini memungkinkan pengembangan tes untuk menyaring persediaan bank darah dan sangat mengurangi penyebaran penyakit, yang dapat menyebabkan sirosis dan kanker hati.
Bagian terakhir dari teka-teki itu datang ketika Rice, yang saat berada itu di Universitas Washington di kota St Louis, mampu menggunakan rekayasa genetika untuk menghasilkan sebuah versi dari virus Hepatitis C dan menunjukkan bahwa virus itu sendiri dapat menyebabkan gejala pada simpanse yang sebanding dengan infeksi pada manusia.
Alter masih berafiliasi dengan NIH sementara Houghton adalah profesor virologi di University of Alberta. Rice memimpin Pusat Studi Hepatitis C di Universitas Rockefeller hingga 2018 dan tetap aktif.
Meski Penghargaan Nobel akan berjalan sesuai rencana tahun ini, penghargaan itu telah tertutupi oleh bayang-bayang pandemi virus korona.
Yayasan Nobel telah membatalkan perjamuan tradisional, yang menjadi bagian penting dari perayaan pada bulan Desember, dan akan membagikan medali dan diploma dalam acara televisi, alih-alih secara langsung di Stockholm.
Bidang kedokteran adalah Hadiah Nobel pertama yang diberikan setiap tahun. Penghargaan untuk prestasi dalam sains, perdamaian dan sastra telah diberikan sejak 1901 dan diciptakan atas kehendak penemu dinamit dan pengusaha Alfred Nobel.
Sumber: Reuters
Baca juga: Nobel kedokteran untuk trio peneliti jam biologis dari AS
Baca juga: Ilmuwan Jepang menangi Hadiah Nobel Kedokteran
Baca juga: Hadiah Nobel Kedokteran untuk para penakluk parasit
Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020