PT Angkasa Pura I bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta menggelar latihan kesiapan menghadapi tsunami di Kawasan Bandara Internasional Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.Masyarakat bisa lari ke bandara untuk dievakuasi
Pelaksana Tugas General Manager Bandara Internasional Yogyakarta Agus Pandu Purnama di Kulon Progo, Selasa, mengatakan hari ini, PT Angkasa Pura I melaksanakan latihan kesiapan menghadapi tsunami yang sifatnya internasional yang diikuti oleh seluruh negara di dunia yang ada di Samudra Pasifik.
"Hari ini latihan diberi nama Indian Ocean Wave Exercise 2020 (IOWave2020). Dalam hal ini, Bandara Internasional Yogyakarta pertama kali diikutkan dalam acara ini. Jadi kami sangat menyambut baik kegiatan ini. Bandara yang sudah dibangun ini memang posisi berada di pantai dengan level potensi bencana tsunami dan gempa dari 7 SR sampai 9 SR," kata Agus Pandu.
Ia mengatakan Bandara Internasional Yogyakarta ini berada di dekat perkampungan warga, dan bisa diikutkan dalam mitigasi yang bisa diikutkan saat evakuasi. Latihan ini merupakan pengecekan kesiapsiagaan sebuah bandara dalam memitigasi, baik itu gempa, tsunami, maupun gempa yang diikuti tsunami.
"Kami kira seluruh komunitas bandara di mana di dalamnya ada airline, ground support, BMKG, dan stamet. Artinya seluruh komponen di Bandara YIA siap menghadapi itu," katanya.
Kemudian, Bandara Internasional Yogyakarta mendapat bantuan alat dari BMKG berupa Sistem Penerima Pesan (Warning Receiver System) sangat canggih dalam waktu dua menit mampu menyajikan data gempa atau tsunami. Penampatan ada di Bandara YIA dan stamet. WRS ini langsung memancarkan bila ada gempa dengan lengkap mulai dari kedalaman, posisi, apakah berdampak tsunami atau tidak.
Baca juga: Satker Bandara Internasional Yogyakarta gelar simulasi bencana tsunami
Baca juga: Kepala BNPB tegaskan simulasi bencana penting sampai tingkat keluarga
"Waktunya sangat pendek dari nol sampai 20 menit. Pada saat nol sampai 20 menit ini bisa dilakukan pihak bandara supaya tidak terjadi korban. Salah satunya, komunitas bandara sudah tahu apa yang harus dilakukan, namun masyarakat sekitar juga akan kami bantu," katanya.
Agus Pandu mengatakan bila terjadi tsunami masyarakat sekitar bandara bisa masuk ke dalam karena lokasi bandara sangat tinggi dibandingkan daerah lainnya di kawasan pantai. Landasan pacunya tingginya tujuh meter, appron sembilan meter dan bangunan bandara tingginya 21 meter.
"Masyarakat bisa lari ke bandara untuk dievakuasi. Bagaimana sistemnya sehingga bisa dievakuasi dalam waktu 20 menit sampai 30 menit," katanya.
Kepala Stasiun Meteorologi Bandara Internasional Yogyakarta Warjono mengatakan pelatihan ini untuk menyiapkan seluruh elemen di kawasan bandara dalam menghadapi potensi bencana gempa dan tsunami untuk menekan jumlah korban.
Pelatihan ini sangat penting, mengingat Bandara Internasional Yogyakarta berada di dekat pantai dan samping kanan dan kirinya ada sungai.
Kemudian, berdasarkan pemetaan, seluruh kawasan pantai di wilayah DIY berpotensi terjadi tsunami.
"Tujuan pelatihan di Bandara Internasional Yogyakarta, ketika ada tsunami tidak ada korban jiwa," katanya.
Baca juga: Bogor lakukan simulasi penanganan bencana
Baca juga: Rawan bencana, Mensos minta rutin simulasi
Pewarta: Sutarmi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020