• Beranda
  • Berita
  • Kawasan Malioboro Yogyakarta dibenahi usai unjuk rasa berujung rusuh

Kawasan Malioboro Yogyakarta dibenahi usai unjuk rasa berujung rusuh

9 Oktober 2020 13:04 WIB
Kawasan Malioboro Yogyakarta dibenahi usai unjuk rasa berujung rusuh
Kondisi sebuah restoran usai terbakar saat aksi menolak pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja atau Omnibus Law di kawasan Malioboro, Yogyakarta, Kamis (8/10/2020). Unjuk rasa tersebut berakhir ricuh dan membakar sejumlah fasilitas umum, motor serta sebuah restoran. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/aww.

Kawasan Malioboro di Kota Yogyakarta dibenahi usai aksi unjuk rasa massa penentang Undang-Undang Cipta Kerja pada Kamis (8/10), yang berujung rusuh dan menyebabkan kerusakan sejumlah fasilitas umum di area wisata tersebut.

"Upaya untuk mengondisikan dan membersihkan kawasan Malioboro usai aksi massa sudah dilakukan sejak semalam hingga pukul 24.00 WIB. Ada banyak elemen dan komunitas yang terlibat," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro Ekwanto di Yogyakarta, Jumat.

Pembenahan kawasan utama wisata di Kota Yogyakarta akan dilanjutkan dengan pembersihan coretan-coretan pada tiang listrik, kanopi, tembok, dan pedestrian.

Ekwanto mengatakan bahwa pembersihan pedestrian kawasan Malioboro akan dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemolesan teraso pedestrian.

"Kebetulan akan ada kegiatan pemolesan teraso pedestrian, karena memang pedestrian ini sama sekali belum pernah dipoles sejak direvitalisasi," katanya.

Fasilitas umum lain yang rusak akibat kerusuhan dalam unjuk rasa Kamis (8/10) adalah tempat cuci tangan. 

Menurut Ekwanto, ada sekitar 50 tempat cuci tangan yang rusak akibat kerusuhan dan seluruhnya sudah diamankan di kantor UPT Malioboro.

"Untuk bangku tidak ada kerusakan, tetapi ada beberapa tutup tempat sampah yang hilang, padahal baru saja kami perbaiki." katanya.

"Taman di depan Gedung DPRD DIY juga sedang kami perbaiki," ia menambahkan.

Sebagian pedagang kaki lima saat ini belum berjualan, khususnya yang berada di bagian utara Jalan Malioboro.

"Sebenarnya tidak ada imbauan bagi PKL untuk tutup, tetapi pedagang berinisiatif untuk tidak berjualan dulu sembari menunggu perkembangan kondisi," kata Ekwanto.

Dia mengatakan bahwa UPT belum menerima laporan dari para pedagang mengenai kerugian akibat demonstrasi rusuh. "Tetapi kami sudah meminta mereka untuk menyampaikan laporan," katanya.
 

Kondisi restoran yang terbakar pada saat demonstrasi untuk menentang pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja di kawasan Malioboro, Yogyakarta, Kamis (8/10/2020). Unjuk rasa tersebut berakhir ricuh, diwarnai aksi pembakaran fasilitas umum. (ANTARA/Hendra Nurdiyansyah)


Seorang pedagang kaki lima di kawasan Malioboro yang tergabung dalam Paguyuban Handayani, Sogi Wartono, menyesalkan aksi massa yang semula berjalan damai kemudian menjadi rusuh.

"Kami tidak menyangka aksinya bakal sebesar itu dan ricuh. Banyak gelas, piring, sampai tempat duduk kami yang rusak atau hilang," katanya, menambahkan bahwa saat itu pedagang sama sekali tidak bisa berkutik.

Sogi sudah meminta para pedagang yang tergabung dalam paguyuban menginventarisasi kerusakan dan kerugian akibat kerusuhan.

"Sebetulnya, jika aksi berlangsung damai, kami dari PKL akan merasa senang karena jumlah konsumen meningkat. Harapannya, jika ada aksi massa atau demo berlangsung tertib dan damai," katanya.

Sogi, yang sehari-hari berjualan bakso di sekitar DPRD DIY, pada Jumat tidak berjualan dan berencana kembali berdagang mulai Minggu (11/10).

Baca juga:
Zonasi diterapkan di kawasan Malioboro untuk batasi pengunjung
Jika pengunjung abaikan protokol kesehatan, Malioboro akan ditutup

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2020