Badan Restorasi Gambut (BRG) kembali memberikan pelatihan Pertanian Ramah Gambut melalui Sekolah Lapang Petani Gambut (SLPG) di Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau.Melalui pelatihan ini kami mengajak petani untuk mengolah lahan dengan bijak dan ramah lingkungan
Kasupokja Edukasi dan Sosialisasi BRG, Deasy Efdinawesty melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat menyatakan tahun ini kegiatan SLPG yang dibina Badan Restorasi Gambut di Provinsi Riau meliputi 20 peserta dari 10 desa di kota Dumai, Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Kepulauan Meranti.
Dalam pelatihan metode bertani tanpa bakar selama 4 hari itu, para petani mendapat materi terkait konsep dasar ekosistem gambut, teknik fasilitasi kelompok tani, praktik langsung pembuatan pupuk organik, pembenahan tanah dan pestisida alami serta pengenalan pemasaran.
"Melalui pelatihan ini kami mengajak petani untuk mengolah lahan dengan bijak dan ramah lingkungan, menggunakan sistem Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB)," ujarnya.
Menurut dia, BRG sudah memulai SLPG sejak 2018 dan hingga Juli 2020, sudah ada 1.019 kader Petani Peduli Gambut di 7 provinsi target restorasi gambut dengan 265 demplot pertanian alami dan tanpa bakar.
Untuk provinsi Riau, tambahnya sampai tahun 2020 ada 148 kader SLPG yang mengembangkan 51 mini demplot (kebun percontohan).
Dikatakannya, lahan gambut punya karakteristik yang unik oleh karena itu petani harus diajarkan bertani secara alami dan tanpa bakar dengan tetap mempertahankan produktifitas pertanian.
Pendekatan yang ditawarkan SLPG ini akan menjawab empat tantangan pengelolaan ekosistem gambut yakni, mencegah kebakaran lahan gambut, mencegah degradasi lahan gambut akibat penggunaan pupuk kimia, peningkatan pendapatan petani, serta perlindungan ekosistem gambut.
Salah satu peserta SLPG Zulkarnain, dari Kepulauan Meranti, mengatakan pelatihan tersebut memberi bekal tambahan bagi petani gambut guna meningkatkan kemampuan khususnya dalam mengelola lahan gambut tanpa bakar, karena tantangan bertani di lahan gambut sangat unik dan harus hati-hati dan menghindari penggunaan api.
Perwakilan Dinas Pertanian Kabupaten Bengkalis Mochammad Fadlan menyatakan perlu ada metode dalam menangani permasalahan pertanian di lahan gambut tanpa harus merusak ekosostem gambut.
Oleh karena itu, lanjutnya, diharapkan dari sekolah lapang petani gambut ini akan ada inovasi yang muncul sebagai solusi petani.
Baca juga: KLHK: Pencegahan karhutla gambut berperan signifikan turunkan emisi
Baca juga: BRG berdayakan pengrajin kain Sasirangan di Kalsel
Pewarta: Subagyo
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020