Kepala Kepolisian Daerah Papua, Inspektur Jenderal Polisi Paulus Waterpauw, menyatakan bahwa kelompok bersenjata memang betul ada dan mereka juga yang melancarkan serangkaian aksi kekerasan di wilayah Intan Jaya selama ini, termasuk menembaki rombongan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF), Jumat (9/10).... selama ini ada yang berfikir bahwa seolah-olah berbagai kasus kekerasan yang terjadi selama ini hanya merupakan upaya-upaya rekayasa, ternyata khan tidak. KKB di Intan Jaya itu nyata, mereka memang bersenjata dan melakukan kekerasan-kekerasan sec
"Mungkin selama ini ada yang berfikir bahwa seolah-olah berbagai kasus kekerasan yang terjadi selama ini hanya merupakan upaya-upaya rekayasa, ternyata khan tidak. KKB di Intan Jaya itu nyata, mereka memang bersenjata dan melakukan kekerasan-kekerasan secara masif," kata dia, di Timika, Sabtu.
Ia mengatakan, kelompok kriminal bersenjata --demikian aparatur negara menyebut mereka-- di wilayah Intan Jaya tetap akan melakukan berbagai aksi kekerasan kepada siapapun, baik warga sipil, aparatur negara dan petugas-petugas kemanusiaan lain.
Baca juga: Anggota DPR harap masalah keamanan di Intan Jaya bisa segera selesai
"Ini tentu menjadi bahan evaluasi kami bersama panglima Kodam XVII/Cenderawasih, bagaimana menghadapi kelompok bersenjata di sana itu. Kami segera membahas ini semua bersama dengan satuan tugas, baik itu Satgas Nemangkawi, Satgas Pinang Sirih, maupun Satgas-satgas pendukung lain," kata Waterpauw yang didampingi Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Mayor Jenderal TNI Herman Asaribab.
Mereka berdua akan ke Sugapa, Intan Jaya, Minggu (11/10).
Saat ini satu rombongan TGPF kasus penembakan Ketua Klasis Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Hitadipa, Pendeta Yeremias Zanambani, masih berada di Sugapa, ibu kota Kabupaten Intan Jaya.
Baca juga: Penembakan terhadap TGPF diduga dilakukan kelompok Sabinus Waker
Pada Jumat (9/10), rombongan TGPF yang baru kembali dari lokasi di mana Zanambani diberondong tembakan peluru gerombolan bersenjata mengakibatkan seorang anggota TGPF, Bambang Purwoko, dan Sersan Satu Faisal Akbar, terluka.
Purwoko yang adalah dosen di Universitas Gadjah Mada tertembak pada kakinya, sementara Faisal terkena peluru di bagian pinggang.
Keduanya telah dievakuasi ke Jakarta pada Sabtu pagi dengan penerbangan pesawat Boeing B-373-400 TNI AU dari Bandara Mozes Kilangin, Timika.
Baca juga: Anggota TGPF Intan Jaya tertembak dievakuasi ke jakarta
Terkait kasus itu, Ketua TGPF, Benny J Mamoto, menegaskan, tim yang dibentuk Kementerian Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan untuk mengungkap sejumlah peristiwa penembakan di Intan Jaya pada September lalu, tidak akan gentar walau ada penembakan terhadap mereka di Mamba Bawah, Distrik Sugapa, Papua, Jumat (9/10).
“Kami di TGPF sama sekali tidak gentar karena peristiwa penembakan kemarin yang menyebabkan salah satu anggota tim, Pak Bambang Purwoko tertembak. Kami terus bekerja untuk menuntaskan tugas yang diberikan oleh pemerintah kepada tim ini," kata Mamoto.
Ia menyatakan, saat ini tim masih berada di Sugapa dan sedang melanjutkan investigasi dengan memeriksa sejumlah saksi, termasuk beberapa orang yang kemarin dijadwalkan ulang.
Baca juga: Anggota DPR: TNI-Polri harus hentikan konflik di Intan Jaya
Pemeriksaan ini sebagai lanjutan atas wawancara terhadap sejumlah saksi di lokasi penembakan terhadap Zanambani di Hitadipa.
Para saksi menceritakan apa yang dilihat dan didengar di lokasi dan sekitar lokasi saat peristiwa penembakan itu terjadi. Sementara tim yang berada di Jayapura hari ini juga melanjutkan tugas dengan bertemu sejumlah pihak, termasuk tokoh gereja.
Mamoto juga menegaskan bahwa seluruh anggota TGPF yang bertugas di Intan Jaya diharuskan menggunakan rompi dan helm anti peluru. Tujuannya untuk memastikan agar semua anggota tim selamat dari serangan yang bisa mengancam jiwa mereka.
“Kami menggunakan rompi dan helm anti peluru karena ini daerah berbahaya. Kita tidak pernah tahu kapan dan dari mana serangan akan datang, dan itu sudah menjadi SOP di daerah konflik seperti ini,” ujar dia.
Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2020