WHO desak Eropa tekan lonjakan kasus COVID-19

10 Oktober 2020 16:33 WIB
WHO desak Eropa tekan lonjakan kasus COVID-19
Orang-orang berjalan di Jembatan Milenium dengan latar pemandangan Katedral St. Paul di London, Inggris (1/8/2020). Pemerintah Inggris pada Jumat (31/7) mengumumkan penundaan pelonggaran beberapa langkah pembatasan sosial menyusul jumlah infeksi virus corona yang meningkat. ANTARA/Xinhua/Han Yan/aa.
Pakar senior kedaruratan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Jumat (9/10), mengatakan pemerintah negara-negara Eropa harus mengambil tindakan tegas menghentikan transmisi COVID-19, termasuk membatasi pertemuan massa guna menghindari penguncian yang lebih parah.

Kasus harian COVID-19 Eropa menembus angka 100.000 untuk pertama kalinya pada Kamis (8/10), setelah negara seperti Rusia dan Inggris terus mengalami lonjakan infeksi harian selama lima hari terakhir.

"Tak ada jawaban baru. Kita tahu apa yang musti kita lakukan," kata Mike Ryan saat konferensi pers di Jenewa.

"Menyedihkan untuk menyaksikan banyak negara di Eropa mengalami lonjakan kasus yang cepat,  pemerintah harus bertindak tegas untuk berupaya dan menghentikan penularan."

Kalangan penduduk lebih tua dan kelompok-kelompok lain yang lebih rentan, yang berpotensi menderita penyakit parah, harus dilindungi, ia menambahkan.

Sikap menjaga jarak fisik, penggunaan masker, dan ventilasi yang lebih baik tetap menjadi kunci, kata Ryan. "Kita harus sangat, sangat berhati-hati dengan segala bentuk pertemuan massa yang membuat orang berkerumun secara dekat."

WHO pada Jumat melaporkan rekor lonjakan COVID-19 harian secara global, dengan total penambahan 350.766 kasus dalam 24 jam.

Secara keseluruhan, sudah lebih dari 36,58 juta kasus dilaporkan dari seluruh dunia dengan satu juta lebih kematian, menurut hitungan Reuters, Jumat.

Pada Senin (5/10), Ryan mengatakan kepada Dewan Eksekutif WHO bahwa pihaknya telah menyerahkan daftar nama ilmuwan yang tergabung dalam misi internasional pimpinan WHO ke China.

Misi tersebut akan menyelidiki asal mula virus, yang dilaporkan muncul di Kota Wuhan pada Desember lalu.

Ketika disinggung soal kemajuan yang dicapai misi itu, Ryan menjawab, "Ini bukan soal WHO dan Direktur Jenderal yang meminta izin dari China untuk daftar nama tersebut. Kami memberikan daftar itu sebagai bentuk rasa hormat untuk berdialog di antara tim terbaik, bukan sebagai sarana untuk memblokir atau tidak memblokir seseorang. Kami siap melangkah dengan sangat cepat mengenai hal ini."

Sumber: Reuters

Baca juga: Italia perpanjang status darurat COVID-19 hingga akhir Januari 2021

Baca juga: Jerman nyatakan daerah di 11 negara Eropa berisiko tinggi COVID-19

Baca juga: Uni Eropa kecualikan Amerika Serikat dari daftar negara "aman"


 

Jumlah kereta barang China-Eropa catat rekor tertinggi baru

Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020