"Bagaimana kita memanfaatkan data," kata Lilik dalam webinar bertema "Fenomena La Nina apa yang harus dilakukan?", Minggu.
Ia mengatakan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah menyuplai berbagai data prakiraan cuaca yang dapat diakses publik. BNPB juga memiliki aplikasi InaRisk yang memetakan bencana di berbagai daerah di Indonesia.
Data yang tersedia, kata dia, dapat dimanfaatkan pemerintah dan publik untuk merencanakan berbagai hal sehingga la nina yang ada di depan mata tidak menimbulkan kerugian besar baik secara materi maupun nonmateri.
Baca juga: BMKG ingatkan waspada hujan disertai angin di tiga wilayah Jakarta
Adapun la nina merupakan fenomena alam yang menyebabkan curah hujan di suatu kawasan turun dalam intensitas yang berlebih. Jika tidak diantisipasi dengan baik maka dapat memicu bencana hidrometeorologi yang tak jarang merugikan.
Lilik mengatakan la nina dapat memicu bencana alam sehingga berbagai fasilitas publik yang rentan agar diperhatikan ketahanannya. Tidak kalah penting juga adalah perlu ada antisipasi untuk ketahanan pangan masyarakat, baik di tingkat pusat maupun daerah.
BMKG sendiri menyebut memasuki bulan Oktober 2020, fenomena la nina mulai terjadi. Dampak yang akan terjadi adalah kenaikan curah hujan hingga 40 persen dibanding kondisi normal.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengimbau masyarakat di sejumlah daerah rawan bencana untuk waspada dan melakukan mitigasi mandiri.
Baca juga: BMKG prediksi angin kencang di sejumlah wilayah Jatim
Baca juga: Ketua MPR: Pemerintah siapkan langkah antisipatif hadapi bencana alam
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020