"Hari ini kami melaksanakan 'rapid antigen' dan 'swab test' di Ponpes Asshidiqiyah sesuai perintah pimpinan kami untuk mencegah penyebaran COVID-19," kata Ketua Tim Wilayah Sub Satgas Penanganan COVID-19 BIN Sony Arifianto dalam pernyataannya, di Jakarta, Minggu.
Ia menjelaskan "rapid test antigen" adalah tes diagnostik cepat COVID-19 yang dilakukan untuk mendeteksi keberadaan antigen virus COVID-19 pada sampel yang berasal dari saluran pernapasan, dan antigen akan terdeteksi ketika virus aktif bereplikasi.
Baca juga: Tangani COVID-19, BIN kerahkan Satgas Intelijen Medis
Sony menegaskan kegiatan itu merupakan arahan langsung dari Kepala BIN Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19.
Pada tes massal itu, kata dia, BIN menyediakan kuota untuk 1.000 peserta kegiatan tes cepat, serta satu unit mobile laboratorium berbasis PCR yang digunakan untuk menguji sampel "swab test" jika ada peserta yang hasilnya reaktif dari "rapid antigen".
Sebanyak 25 tenaga medis dari Medical Intelijen BIN turut diterjunkan untuk membantu kegiatan tersebut.
"Ini sebagai langkah untuk mencegah dan memitigasi penyebaran COVID-19 di klaster pondok pesantren," kata Sony.
Baca juga: DPR dukung BIN dan TNI tindak lanjuti uji klinis obat COVID-19
Sementara itu, Pimpinan Pondok Pesantren Asshidiqiyah KH Ahmad Mahrus Iskandar menyampaikan ucapan terima kasih kepada BIN yang telah menyelenggarakan kegiatan tersebut.
"Kami ucapkan terima kasih karena Alhamdulilah Pesantren Asshidiqiyah hari ini bekerja sama dengan BIN melaksanakan kegiatan 'rapid antigen' pada masa pandemi COVID-19 ini," kata Ahmad.
Ahmad mengatakan bahwa Ponpes Asshidiqiyah ingin berkontribusi lebih dengan membantu pemerintah memutus rantai penyebaran COVID-19, yakni dengan melakukan tes COVID-19 untuk mencegah penyebaran semakin meluas.
"Ponpes kami tersebar di berbagai wilayah. Kami ingin sekali berkontribusi kepada negara untuk meminimalisir penyebaran COVID-19," katanya.
Baca juga: BIN sasar kantor pelayanan publik gelar tes cepat COVID-19
Ahmad melanjutkan pihaknya sudah menyiapkan skema bila ada santri yang hasilnya reaktif, sebab pesantren memiliki satgas yang bekerja sama dengan dokter NU dan dokter BIN untuk menanganinya.
"Sudah kami siapkan protokol kesehatannya. Nanti akan ditangani oleh yang berkompeten. Saya juga ingatkan untuk selalu menerapkan protokol kesehatan," katanya.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2020