• Beranda
  • Berita
  • Plasma darah kaya trombosit bisa untuk terapi atasi kebotakan

Plasma darah kaya trombosit bisa untuk terapi atasi kebotakan

15 Oktober 2020 13:47 WIB
Plasma darah kaya trombosit bisa untuk terapi atasi kebotakan
Ilustrasi kebotakan (Pixabay)
Masalah kulit kepala seperti kebotakan bisa diatasi dengan terapi Platelet-Rich Plasma (PRP) yang diambil dari darah setiap individu.

"Darah bersifat individual, bisa menjadi treatment yang aman untuk diri sendiri," kata Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Endi Novianto, SpKK (K), FINSDV, FAADV dalam webinar "Ampuhnya Darah Sendiri Mengatasi Permasalahan Kulit Kepala?", Kamis.

PRP atau plasma darah kaya trombosit adalah bagian dari darah yang berisi faktor pertumbuhan yang merangsang proses regenerasi jaringan, berfungsi dalam menyembuhkan atau memberbaiki jaringan yang rusak.

Baca juga: Grup Takeda mulai produksi obat COVID-19 dari plasma darah

Baca juga: AS izinkan plasma darah untuk mengobati COVID-19


"Berapa banyak trombosit yang diakui sebagai PRP? Trombosit normalnya 150.000-400.000 dalam darah per mikroliter. PRP jumlahnya 1 juta per mikroliter," jelas dia.

Luka yang disuntikkan dengan PRP akan lebih cepat sembuh ketimbang yang tidak mendapatkannya. Hal serupa terjadi pada kulit kepala, termasuk masalah rambut rontok.

"Ketika disuntikkan untuk kulit kepala, rambut yang tadinya berada dalam fase istirahat, kembali tumbuh, seakan diberi pupuk," ujar staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.

Faktor pertumbuhan yang dikeluarkan PRP akan merangsang folikel rambut, menstimulasi sel punca, mendorong tumbuhnya rambut baru sehingga lebih tebal, sehat dan rapat.

Endi menjelaskan prosedur PRP untuk mengatasi kebotakan. Darah dari pasien akan diambil, lalu dimasukkan ke dalam tabung khusus. Tabung itu diproses secara sentrifugasi untuk memisahkan bagian-bagiannya, seperti sel darah merah, sel darah putih dan trombosit (platelet), plasma dan serum. PRP, yang porsinya hanya sedikit, kemudian diaplikasikan dalam terapi.

Dengan zat activator spesial, PRP menjadi lebih optimal di mana 80 persen faktor pertumbuhan keluar dalam 10 menit pertama.

"Dalam waktu satu jam, 95 persen faktor pertumbuhan keluar. PRP kalau dibiarkan bisa bertahan delapan jam," katanya.

Jadi, setelah menjalani terapi PRP, jangan buru-buru keramas. Tunggulah setidaknya delapan jam.

Ketika sudah disuntikkan ke kulit kepala, PRP akan bertahan hingga 7-10 hari. Oleh karena itu, perawatan ini tak perlu diulang setiap hari, melainkan satu atau dua pekan sekali.

Baca juga: Berencana ke salon saat pandemi? Simak tips ini

Baca juga: Bawang bombay bisa untuk perawatan rambut


Biasanya proses perawatan berlangsung hingga delapan kali atau empat bulan. Jika hasil sudah sesuai harapan, perlu pemeriksaan rutin setidaknya tiga bulan sekali.

Endi menjelaskan, PRP awalnya dimanfaatkan bukan untuk keperluan kosmetik. PRP ditemukan oleh ahli bedah mulut yang tak sengaja melihat proses penyembuhan tulang patah yang memanfaatkan PRP lebih cepat sembuh. Pada akhirnya, PRP dipakai juga di bidang estetika.

Di dunia kecantikan, PRP berfungsi untuk meremajakan kulit baik di wajah dan bagian lain, restorasi rambut, mempercepat penyembuhan luka setelah tindakan medis seperti peeling, skin graft healing juga filler.

Namun, metode ini sebaiknya tidak dilakukan oleh pasien yang anemia, memiliki jumlah trombosit yang kurang, mengalami infeksi seperti demam, mengonsumsi obat antikoagulan, juga perokok berat.

Perokok dan peminum alkohol yang ingin melakukan terapi ini sebaiknya berhenti setidaknya dua pekan sebelum perawatan bila ingin hasil yang maksimal.

Jika ingin melakukan terapi PRP di tengah pandemi COVID-19, pastikan tempat yang dituju sudah menerapkan protokol kesehatan dan para petugasnya juga menggunakan pelindung untuk mencegah risiko terinfeksi virus.


Baca juga: Cara ilmiah tumbuhkan rambut dalam hitungan hari

Baca juga: Tips merawat rambut yang diwarnai

Baca juga: Cokelat hitam dapat bantu atasi masalah rambut rontok

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020