"Setelah menerima buku catatan pinggir dan kamus Almuhith bertuliskan huruf Arab yang pernah digunakan sebagai bahan bacaan masyarakat adat Kisam Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, kini pihaknya ditawari artepak zaman Kesultanan Palembang, dan kolonialisme Belanda berupa piring, kerajinan kuningan, dan lemari oleh masyarakat Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir," kata Kepala Museum Balaputra Dewa Palembang Chandra Amprayadi di Palembang, Kamis.
Baca juga: Museum SMB II Palembang buat pameran kontemporer 'Venesia dari Timur'
Untuk mengecek barang yang akan dijadikan koleksi museum itu, pihaknya bersama tim telah melakukan kunjungan ke rumah pemilik koleksi Rukimah Malisin di Kayu Agung.
Selain koleksi artepak, pihaknya juga berupaya menambah lusung baru yang ada di Desa Dubik, Danau Ranau Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan.
Baca juga: Museum Balaputra Dewa Palembang pamerkan koleksi peninggalan Sriwijaya
Koleksi museum diupayakan terus bertambah sehingga dapat meningkatkan daya tarik masyarakat dan wisatawan mengunjungi museum yang menyimpan koleksi mulai dari zaman pra-sejarah, zaman Kerajaan Sriwijaya, zaman Kesultanan Palembang, hingga zaman kolonialisme Belanda, katanya.
Dia menjelaskan dalam tiga tahun terakhir pihaknya telah menambah 2.000 koleksi baru yang diperoleh dari hibah masyarakat berbagai daerah di Sumsel dan provinsi lainnya.
Baca juga: Sepekan Festival Museum upaya kenalkan budaya dan seni di Kalbar
Bagi masyarakat yang memiliki koleksi benda bersejarah peninggalan zaman pra-sejarah, zaman Kerajaan Sriwijaya, zaman Kesultanan Palembang, hingga zaman kolonialisme Belanda diharapkan bisa menghibahkannya ke museum Balaputra Dewa yang berlokasi di Jalan Srijaya I No 28 kawasan KM 6,5 Palembang.
Barang yang dihibahkan ke museum akan dipelihara dengan baik dan dipamerkan untuk umum dengan keterangan yang menyebutkan sumbangan dari pemilik koleksi tersebut, kata Chandra.
Pewarta: Yudi Abdullah
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2020