Tokoh lingkungan hidup Emil Salim mengharapkan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) yang menginjak usia 40 tahun pada 15 Oktober 2020 tetap berpegang pada independensinya untuk mengawal cita-cita bangsa dan berperan di lingkungan hidup.
"Maka di usianya yang ke-40 tahun WALHI tetap berpegang pada prinsip pokok lahirnya WALHI, yaitu independensi. Bebas untuk ikut membangun, mencerdaskan dan menyejahterakan masyarakat," kata mantan Menteri Lingkungan Hidup itu menjadi nara sumber dalam perluncuran dan diskusi buku "Menghijaukan HAM" secara daring diakses dari Jakarta, Kamis.
Menurut Emil Salim, Hak Asasi Manusia (HAM) dan WALHI ada di alur yang sama untuk terbentuknya Indonesia yang lebih sejahtera.
Baca juga: WALHI: Indonesia perlu tingkatkan penurunan target emisi GRK
"Sehingga saya harap di 2045, Indonesia tidak hanya berusia 100 tahun tapi juga sudah adil, makmur, sejahtera berdasarkan Pancasila yang sesungguhnya, memenuhi cita-cita pendiri bangsa," ujar dia.
Penerima The Leader for the Living Planet Award WWF itu mengatakan tampak di dalam bangsa sudah ada komitmen, keterikatan dari masyarakat Indonesia untuk mengembangkan lingkungan hidup. Hadirnya WALHI adalah prakarsa dari masyarakat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) itu sendiri, tidak ada turut campur pemerintah.
Baca juga: WALHI akan surati Gubernur NTT untuk hentikan aktivitas di Besipae
WALHI, ujar Emil Salim, ikut aktif merancang Undang-Undang Lingkungan Hidup yang kemudian memberi hak masyarakat berperan serta untuk ikut aktif membangun lingkungan hidup Indonesia.
"The right to participate masyarakat dapat dukungan hukum. Harus kita lihat kehadiran WALHI memperjuangkan satu pola pembangunan yang menegakkan lingkungan hidup yang baik atas dasar hak hidup bagi setiap masyarakat secara mandiri. Di sini kemudian kita bertemu dengan HAM," katanya.
Ia mengatakan lahirnya WALHI untuk menempuh kehidupan atas prakarsa sendiri dan berperan serta sehingga pembangunan bukan monopoli pemerintah tapi hak seluruh masyarakat bangsa. "Maka bertemulah cita-cita bangsa dan WALHI itu. Ini penting dipegang terus. Kita bangun bangsa didasari Mukadimah Pembukaan UUD 1945 dengan tiga hal yang menjadi alasan membangun bangsa yakni melindungi warga negara, menyejahterakan masyarakat, mencerdaskan masyarakat".
Baca juga: Laporan WALHI: Ada potensi Indonesia habiskan sisa anggaran karbon
Sementara itu, Ketua Dewan Nasional WALHI Risma Umar menekankan bahwa WALHI di usia 40 tahun melakukan advokasi untuk menjadikan keadilan ekologis nyata bagi perempuan dan laki-laki, bagi generasi saat ini dan mendatang.
WALHI meyakini bahwa inilah saatnya gerakan masyarakat sipil bersama-sama mendewasakan dirinya, mengurangi perbedaan, menyatukan pandangan dan cita-cita untuk memperluas konsolidasi ke seluruh masyarakat. Sudah saatnya berbagai gerakan pro-kemanusiaan, demokrasi, dan keadilan bersatu dalam front perjuangan yang besar dan luas.
WALHI mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bergandengan tangan, menyatukan kekuatan, dan berjuang mereklaim suara dan ruang ekspresi, serta memulihkan demokrasi yang sakit parah. "Kita bersama-sama berjuang mewujudkan masyarakat yang tanpa kesenjangan serta kehidupan di Bumi yang adil dan lestari," ujar Risma.
Baca juga: WALHI: Kelestarian lingkungan penting untuk ekonomi lokal
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2020