• Beranda
  • Berita
  • Hari Pangan Sedunia, peran penting perempuan untuk ketahanan pangan

Hari Pangan Sedunia, peran penting perempuan untuk ketahanan pangan

16 Oktober 2020 17:32 WIB
Hari Pangan Sedunia, peran penting perempuan untuk ketahanan pangan
Tangkapan layar - Penggerak Pesantren Ekologi Ath-Thaariq, Nissa Wargadipura  dalam acara diskusi virtual Solidaritas Perempuan memperingati Hari Pangan Sedunia yang dipantau dari Jakarta, Jumat (16/10/2020) (ANTARA/Prisca Triferna)
Peran perempuan sangat penting untuk mencapai ketahanan pangan di Indonesia terutama untuk melestarikan kembali budaya pertanian di akar rumput, seperti yang dilakukan penggerak Pesantren Ekologi Ath-Thaariq, Nissa Wargadipura

"Kami berpatokan pada sistem 'Three Sisters' untuk memulihkan, membangun kedaulatan pangan," kata Nissa dalam acara diskusi virtual Solidaritas Perempuan Memperingati Hari Pangan Sedunia yang diperingati setiap 16 Oktober, dipantau dari Jakarta, Jumat.

Baca juga: Gerakan Peduli Pangan gunakan bahan petani lokal bantu masyarakat

Baca juga: Masakan tradisional Indonesia berpotensi sebagai kuliner internasional


Three Sisters adalah istilah agrikultur yang dimulai di Amerika merujuk kepada tiga tanaman utama yang ditanam suku asli di Amerika Utara. Sistem itu kemudian coba diterapkan oleh Nissa dengan menanam vegetasi di pesantren yang memberdayakan pertanian di Garut, Jawa Barat.

Dia mencoba membuat kedaulatan pangan di rumahnya dengan mulai menanam kacang-kacangan, labu-labuan dan serealian seperti jagung.

Langkah itu dilakukannya untuk melakukan revolusi meja makan, melawan tren dimana banyak orang yang sekarang terbiasa  mengonsumsi makanan instan.

Gaya hidup instan, lanjutnya, merupakan bagian dari sebuah sistem yang membuat banyak perempuan, termasuk di akar rumput, melupakan pengetahuan pengelolaan lingkungan dan pangan yang sebelumnya diwarisi dari antargenerasi perempuan.

Hal yang sama dilakukan juga oleh Herni Saraswati, perempuan petani Desa Banjararum di Yogyakarta yang memulai gerakan kembali ke pertanian alam karena prihatin melihat hak dan peran perempuan mulai dikuasai oleh industri modern.

Perempuan, ujar Herni, yang semula dapat merawat lingkungan dan menguasai obat tradisional serta berperan dalam kebudayaan lokal, kini hampir terpinggirkan karena produk dari pabrik.

Baca juga: LIPI kembangkan pangan fungsional untuk penderita penyakit

Baca juga: LIPI ciptakan pangan fungsional karbohidrat dari pisang-rebung bambu


"Oleh karena itu, dari awalnya beberapa orang kami sepakat untuk kembali lagi menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar kita. Jadi, untuk kembali ke pertanian alami kami mengembangkan beberapa prinsip, antara lain kelestarian lingkungan," kata Herni.

Herni menegaskan hal itu dilakukan agar lingkungan hidup dapat tetap bertahan dengan sistem keberlanjutan, yang bisa diwarisi untuk generasi mendatang.

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020