• Beranda
  • Berita
  • Ahli IPB: Ketahanan keluarga butuh harmonisasi maskulinitas-feminitas

Ahli IPB: Ketahanan keluarga butuh harmonisasi maskulinitas-feminitas

18 Oktober 2020 13:39 WIB
Ahli IPB: Ketahanan keluarga butuh harmonisasi maskulinitas-feminitas
Guru Besar Ketahanan Keluarga Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Ir Euis Sunarti, M.Si. (FOTO ANTARA/HO-Humas IPB)

Jadi, peran suami dengan maskulinitasnya dan peran istri dengan feminitasnya tidak bisa dibagi rata seperti yang digaungkan oleh kelompok pro kesetaraan gender

Pakar yang juga Guru Besar Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga IPB University Prof Dr Ir Euis Sunarti, M.Si menyatakan bahwa keberlangsungan ketahanan dan keberlanjutan dalam kehidupan keluarga membutuhkan harmonisasi maskulinitas dan feminitas.

"Keluarga bahagia merupakan impian setiap orang. Salah satu hal penting membangun kebahagiaan keluarga adalah memahami peran tugas dan fungsi setiap anggota keluarga, sesuai kedudukannya dalam keluarga, yaitu orang tua atau anak," kata Euis yang juga menjabat Ketua Penggiat Keluarga (GiGa) Indonesia dalam keterangan yang diterima di Depok, Minggu.

Ia mengatakan bahwa tidak kalah pentingnya adalah bagaimana mengharmonisasikan sifat maskulinitas dan feminitas berdasarkan jenis kelamin anggota keluarga sehingga terwujud keluarga yang berketahanan.

Lebih lanjut, ia menyampaikan tentang prasyarat agar keluarga dapat memenuhi tugas perkembangannya serta mengelola kerentanan, dan mencegah potensi krisis keluarga.

Disebutkannya bahwa adanya kepala keluarga merupakan sistem hierarkis yang menjadi suatu keharusan.

Terkait kualitas feminitas dan maskulinitas, ia menambahkan bahwa keberlangsungan dan keberlanjutan dalam kehidupan keluarga membutuhkan kualitas feminitas dan maskulinitas.

Keduanya merupakan satu kesatuan yang dibutuhkan untuk terjadinya harmonisasi, saling melengkapi dan menguatkan. "Jadi, peran suami dengan maskulinitasnya dan peran istri dengan feminitasnya tidak bisa dibagi rata seperti yang digaungkan oleh kelompok pro kesetaraan gender," katanya.

Kenyataanya, kata dia, pada beberapa negara seperti Swedia, setelah 30 tahun berlangsungnya eksperimen sosial yang bertujuan merestrukturisasi keluarga dengan menghilangkan "nature feminine" telah terbukti gagal.

Fakta itu menunjukkan bahwa kesetaraan gender yang mendorong tercapainya pembagian peran yang sama rata dalam keluarga (50:50) sebenarnya tidak pernah tercapai.

Ia mengingatkan semua pihak bahwa keluarga merupakan pondasi utama di dalam masyarakat. Perubahan yang terjadi pada keluarga baik bersumber dari dalam maupun di luar sistem keluarga, akan memengaruhi kondisi keluarga.

Oleh sebab itu, keluarga harus memiliki ketahanan melalui harmonisasi kualitas feminitas dan maskulinitas, demikian Euis Sunarti.
​​​​​​​
Baca juga: Guru besar IPB tekankan perlunya instrumen lindungi ketahanan keluarga

Baca juga: Kebijakan keluarga di Indonesia dinilai masih setengah hati

Baca juga: Guru Besar IPB: Hierarki dalam keluarga untuk wujudkan keharmonisan

Baca juga: IPB Bogor-BKKBN perkuat implementasi delapan fungsi keluarga

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020