• Beranda
  • Berita
  • Kadin: UU Ciptaker bantu Indonesia raih peluang investasi di era COVID

Kadin: UU Ciptaker bantu Indonesia raih peluang investasi di era COVID

18 Oktober 2020 18:44 WIB
Kadin: UU Ciptaker bantu Indonesia raih peluang investasi di era COVID
Tangkapan layar - Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P. Roeslani dalam diskusi daring di Jakarta, Minggu (18/10/2020). ANTARA/Aji Cakti

Justru dengan keberadaan Omnibus Law di masa COVID saat ini menjadi lebih penting untuk Indonesia lebih berkompetisi dengan negara-negara tetangga, dalam meningkatkan investasi yang ujungnya ialah penciptaan lapangan pekerjaan...

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengungkapkan kehadiran Omnibus Law UU Cipta Kerja di masa pandemi COVID-19 supaya Indonesia dapat meraih dan merebut peluang investasi di kawasan ASEAN demi penciptaan lapangan pekerjaan di dalam negeri.

"Justru dengan keberadaan Omnibus Law di masa COVID saat ini menjadi lebih penting untuk Indonesia lebih berkompetisi dengan negara-negara tetangga, dalam meningkatkan investasi yang ujungnya ialah penciptaan lapangan pekerjaan. Karena PR kita yang utama adalah penciptaan lapangan pekerjaan," ujar Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P. Roeslani dalam diskusi daring di Jakarta, Minggu.

Menurut Rosan, banyak pihak mempertanyakan mengapa di masa pandemi harus membahas Omnibus Law, bukankah lebih baik fokus pada COVID-19 saja.

"Namun kita harus melihatnya seperti ini bahwa pembahasan Omnibus Law sendiri tidak dilakukan dalam hitungan satu atau dua bulan, UU ini dibahas sejak Februari dan baru selesai sekarang," katanya.

Negara-negara lain telah melakukan reformasi struktural, seperti Malaysia dan Vietnam sejak 2010, kemudian Thailand pada 2015. Kalau Indonesia tidak melakukan reformasi struktural ini ketika pandemi berakhir, nanti ceritanya sama seperti dulu di mana investor asing akan kembali menanamkan modalnya ke negara-negara seperti Vietnam, Malaysia dan Thailand.

Padahal saat ini kendati pada masa COVID-19, negara-negara seperti Amerika Serikat dan Eropa telah memberitahukan kepada perusahaan-perusahaannya di China untuk keluar dari negara tersebut. Jepang malah sampai memberikan insentif kepada perusahaan-perusahaannya untuk keluar dari China, karena mereka tidak mau terkonsentrasi rantai pasok globalnya di China.

Berdasarkan survei dari beberapa organisasi atau lembaga, investor atau perusahaan yang keluar dari China ini melirik atau memperhatikan negara-negara ASEAN.

"Artinya apa? Artinya kita juga bersaing dengan negara-negara tetangga kita. Kalau kita tidak melakukan reformasi struktural ini, kita akan menjadi ketinggalan lagi," kata Ketua Umum Kadin tersebut.

Kadin selalu menarik keputusan apabila kebijakan pemerintah itu pada akhirnya dalam rangka penciptaan lapangan pekerjaan, wajib harus didukung dan dibantu secara penuh.

"Dengan demikian tantangan yang ada seperti pengangguran, harapannya dengan suatu kebijakan reformasi struktural yang dilakukan oleh pemerintah diharapkan bisa mendorong kita menjadi lebih baik secara iklim investasi, kemudahan berusaha meningkat, produktivitas naik, dan tentunya harapannya penciptaan lapangan pekerjaan yang menjadi tantangan kita ke depannya," ujar Rosan.

Dia juga menambahkan bahwa mengenai Omnibus Law, memang tantangan yang terbesar sekarang adalah sosialisasi karena kalau melihat sekarang sosialisasi mengenai Omnibus Law Ciptaker ini banyak sekali hoaks atau berita-berita yang misleading.

"Lawan dari hoaks adalah sosialisasi, edukasi yang harus dilakukan secara cepat, masif dan juga tepat sasaran," katanya.

Baca juga: Kadin sebut UU Cipta Kerja perkuat aktivitas perdagangan

Baca juga: Pengamat sebut UU Cipta Kerja dapat kurangi pungli sektor transportasi

Baca juga: Moeldoko tekankan UU Ciptaker untuk hadapi kompetisi global

 

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020