• Beranda
  • Berita
  • Kemenko Marves: Jateng berpotensi jadi lokasi investasi baterai litium

Kemenko Marves: Jateng berpotensi jadi lokasi investasi baterai litium

19 Oktober 2020 20:35 WIB
Kemenko Marves: Jateng berpotensi jadi lokasi investasi baterai litium
Ilustrasi: Mahasiswa menunjukan lithium baterai hasil daur ulang saat pameran Pusat Daur Ulang Baterai Litium Bekas di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Sleman Di Yogyakarta, Kamis (12/9/2019). ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/pd. (Antara Foto/Andreas Fitri Atmoko)

Saya melihat peluang yang sangat baik untuk dimanfaatkan. Jawa Tengah memiliki potensi besar untuk investasi baterai litium

Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) menyebut Jawa Tengah (Jateng) mempunyai potensi menjadi lokasi investasi baterai litium.

Hal itu diungkapkan Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Percepatan Arus Investasi ke Jawa Tengah yang Selaras dengan Upaya Peningkatan EoDB Indonesia, di Semarang, Senin.

"Saya melihat peluang yang sangat baik untuk dimanfaatkan. Jawa Tengah memiliki potensi besar untuk investasi baterai litium. Di aspek investasi, saya melihat ini untuk bisa menjadi salah satu kawasan industri strategis untuk kawasan industri farmasi dan obat-obatan," kata Seto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.

Baca juga: Bahlil sebut tiga negara minati investasi baterai litium di Indonesia

Seto menuturkan pandemi Covid-19 telah menurunkan tingkat investasi di Indonesia. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi kuartal II 2020 turun 8,9 persen dibandingkan kuartal I 2020. Padahal investasi merupakan instrumen penting dalam memulihkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) serta mendorong pertumbuhan industri 4.0 di Indonesia.

Sementara itu, Asisten Deputi (Asdep) Strategi dan Kebijakan Percepatan Investasi Ferry Akbar Pasaribu menyampaikan saat ini Indonesia masih menduduki posisi ke 73 dari 190 negara dalam Ease of Doing Business (EoDB) 2020.

"Permasalahan utama investasi kita ialah regulasi dan birokrasi yang rumit. Indonesia baru urutan 73. Bila dibandingkan dengan negara Asia Tenggara kita masih di bawah. Ke depannya, perlu diberikan stimulus fiskal disertai dengan optimalisasi penggunaan Online Single System (OSS) dan mendorong pengalihan sebagian besar wewenang perizinan dari K/L kepada BKPM. Kita juga perlu memperkuat sinergi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah," kata Ferry.

Ada pun Direktur Deregulasi BKPM Haryo Yudho mengungkapkan realisasi investasi semester I 2020 mencapai Rp402,6 triliun atau 49,3 persen dari target realisasi investasi 2020 sebesar Rp817,2 triliun.

Baca juga: Luhut: 2023 pabrik baterai litium sudah bisa beroperasi

Berdasarkan wilayah, Jawa Tengah menempati posisi ke empat yang berarti masih berpotensi untuk dikembangkan.

Sehubungan dengan percepatan arus investasi, Haryo menilai perlu dikembangkan pula beberapa kawasan industri lain di Jawa Tengah, seperti Kawasan Industri (KI) Batang, Rembang, Demak, Brebes, Kebumen, Cilacap, serta Kendal.

Sedangkan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM PTSP) Jawa Tengah Ratna Kawuri menyampaikan kemudahan usaha diawali dengan penentuan pemilihan lokasi investasi, yang seringkali menimbulkan berbagai persoalan.

"Keinginan investor ingin berada di lokasi tertentu tapi tidak sesuai dengan perizinan. Atau sudah sesuai tapi ada resistensi dari masyarakat. Kemudahan berusaha itu tidak mudah," Ratna.

Baca juga: Menristek dukung pemakaian baterai litium lokal untuk mobil listrik

Baca juga: Sulsel miliki peluang bangun pabrik baterai litium






 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020