Badan Restorasi Gambut (BRG) bersama PT Chevron Pacific Indonesia menggelar Sekolah Lapang Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar untuk petani di desa di sekitar area gambut yang tersebar di Kabupaten Rokan Hilir dan Kabupaten Siak, RiauPetani masih sangat tergantung pada lahan sebagai sumber penghasilan. Adanya larangan membakar mempersulit mereka
Hal itu, menurut Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi BRG Suwignya Utama, dilatarbelakangi oleh maraknya kebakaran di lahan gambut. Kegiatan ini, kata dia, diharapkan dapat menjadi solusi bagi masyarakat dalam mengolah lahan mereka.
"Petani masih sangat tergantung pada lahan sebagai sumber penghasilan. Adanya larangan membakar mempersulit mereka. Untuk itu, petani gambut dilatih mengelola lahan dengan pertanian alami yang ramah lingkungan dan menggunakan pupuk alami," ujarnya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Baca juga: BRG gelar pelatihan pertanian ramah gambut
Menurut dia, basis pengembangan Sekolah Lapang Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar adalah kearifan lokal dari desa-desa di sekitar wilayah restorasi gambut karena kegiatan tersebut merupakan bagian dari Desa Peduli Gambut (DPG) yang saat ini ada 624 DPG yang dibangun oleh BRG dan mitra restorasi.
Pelatihan yang diadakan selama empat hari dan diikuti 20 orang dari 10 desa di sekitar area gambut yang tersebar di Kabupaten Rokan Hilir dan Kabupaten Siak itu akan membekali peserta tentang pentingnya menjaga gambut dan teknik pengelolaan yang ramah lingkungan.
Selain itu dalam pelatihan yang digelar di Desa Sintong Pusaka, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir, Riau itu, peserta juga akan langsung praktik mengelola lahan dan menanam bibit di areal demonstrasi plot (demplot) menggunakan alat pertanian yang diberikan berupa mesin pencacah multifungsi, pompa air, dan alat tebas, serta cangkul.
Baca juga: BRG ajak pemerintah desa jaga infrastruktur pembasahan gambut
GM Corporate Asset PT Chevron Pacific Indonesia Sukamto Thamrin mengharapkan kegiatan pelatihan tersebut bisa menjadi percontohan bagi masyarakat lain untuk mengelola lahan tanpa membakarnya.
Hal senada diungkapkan Manajer Senior Hubungan Kelembagaan Bisnis SKK Migas, Safei Syafri bahwa kegiatan pelatihan itu perlu dicontoh oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) lainnya, terutama dalam menyusun pola sinergi antara pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya.
"Ini bagian dari sejumlah besar inisiatif dalam membangun keberlanjutan sektor hulu migas, menyediakan transparansi dan akuntabilitas petani lahan gambut, dan meningkatkan ekonomi masyarakat, serta lingkungan hidup yang baik," ucap Safei.
Baca juga: BRG dorong budidaya pertanian alami di lahan gambut
Pewarta: Subagyo
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020