"Kalau usianya masih dini berarti yang kita lakukan ialah bahasanya harus sederhana agar nyambung," kata Sani dalam diskusi yang dilangsungkan via daring.
Ia mengemukakan bahwa usaha orang tua untuk menjelaskan secara detail mengenai bahaya COVID-19 kepada anak usia dini bisa sia-sia kalau disampaikan menggunakan bahasa yang sulit dipahami oleh anak.
"Jadi bahasanya harus dimengerti dulu oleh anak," katanya.
Di samping menyampaikan informasi menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh anak, ia mengatakan, orang tua juga harus bisa menjadi teladan bagi anak.
Sebagai contoh, kalau orang tua menunjukkan cara mencuci tangan dan memakai masker yang benar maka anak akan lebih mudah mengikutinya.
Sani juga mengingatkan para orang tua agar menghindari memberi tahu dengan cara menekan karena tindakan semacam itu bisa membuat anak stres dan malah tidak mau melakukan apa yang disampaikan oleh orang tua.
Dalam masa pandemi yang membuat anak-anak kehilangan sebagian besar waktu untuk mengeksplorasi lingkungan dan harus menghabiskan lebih banyak waktu di dalam rumah, ia mengatakan, orang tua dan anggota keluarga yang lain juga harus kreatif membuat kegiatan agar anak-anak tidak stres.
Saat bermain atau melakukan kegiatan bersama anak di dalam rumah, ia melanjutkan, orang tua bisa menyampaikan informasi mengenai pencegahan COVID-19 kepada anak dengan cara yang menarik bagi anak.
Orang tua yang anak-anaknya kritis, menurut dia, sebaiknya juga menyiapkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang mungkin dikemukakan anak dan menyampaikannya menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh anak.
#satgascovid19 #pakaimasker #cucitangan #jagajarak
Baca juga:
Tokoh agama-masyarakat di Depok jadi juru kampanye pencegahan COVID-19
Manggala Agni Sultra edukasi anak cegah COVID-19
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2020