"Penjualan tanaman hias justru mengalami peningkatan di masa ini, omzetnya bisa Rp200-Rp300 juta sehari secara keseluruhan di Kabupaten Bogor," katanya usai mengunjungi kebun tanaman hias di Tamansari, Kabupaten Bogor, Sabtu (24/10).
Menurutnya, setelah melakukan dialog dengan Paguyuban Petani Tanaman Hias Sukamantri, dengan menghadirkan Kepala Dinas Tanaman Holtikultura dan Perkebunan (Distanhorbun) Kabupaten Bogor, Dekan Pertanian IPB, ia meyakini bahwa potensi tanaman hias di wilayahnya terbilang luar biasa, terlebih saat pandemi.
Baca juga: Tanaman hias inovasi Balitbangtan dikoleksi agrowisata Tabanan
Baca juga: Kementan dorong pengembangan ekspor tanaman hias
"Di masa pandemi sekarang ini, lagi tren mengurus tanaman, karena banyak orang yang mengalami keterbatasan untuk keluar rumah, ini bukan sekedar hobi, tetapi menghasilkan untuk keluarga dan wilayah," kata Ketua Satgas COVID-19 Kabupaten Bogor itu.
Ade Yasin mengaku menemui sejumlah kendala setelah berdialog dengan para petani tanaman hias, yakni terbatasnya stok tanaman untuk diekspor, keterbatasan akses transportasi menuju perkebunan, dan minimnya pameran tanaman hias.
"Dengan menggunakan program anggaran Rp1 miliar untuk satu desa, bisa dimanfaatkan untuk perbaikan infrastruktur jalan menuju rumah tanaman hias," kata Ade Yasin.
Baca juga: Festival Florikultura 2019 akan hadirkan 200 pecinta tanaman hias
Baca juga: Anggrek dan tanaman hias lainnya masih jadi buruan
Pada kesempatan itu ia mengajak para petani tanaman hias untuk fokus menyediakan stok agar dapat memenuhi kebutuhan ekspor. "Saat ini udah ekspor ke Eropa, Amerika, Jepang, Korea, bahkan ke Afrika. Jadi ini potensi yang luar biasa, patut kita dukung, karena ini sumber ekonomi daerah, selain pengembangan tanaman ini bisa menjadi agrowisata," bebernya.
Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020