Kepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Manokwari, I Gede Wiradana di sela kegiatan tersebut mengatakan, daerah ini memiliki potensi budaya tradisional cukup banyak. Potensi pariwisatanya pun tak kalah dibanding daerah lain di Papua Barat.
"Kita berusaha untuk mengolaborasikan potensi budaya dengan pariwisata. Harapanya bisa menjadi daya terik bagi wisatawan baik dalam maupun luar negeri," ucap I Gede.
Gede mengutarakan bahwa saat ini masih dalam situasi pandemi COVID-19 sehingga kegiatan tersebut masih dilakukan secara terbatas. Setelah pandemi berakhir pihaknya ingin melaksanakan kegiatan dengan skala yang lebih besar.
"Lomba dayung ini hanya diikuti peserta dari Manokwari dan semua pemuda asli Papua. Kalau situasinya sudah membaik mudah-mudahan ke depan kita bisa melibatkan peserta dari daerah lain," katanya.
Pihaknya berencana menggelar kegiatan tersebut secara rutin setiap tahun. Tak hanya olahraga seperti dayung, berbagai kesenian tradisional pun akan diangkat untuk menopang sektor pariwisata di kota Injil ini.
"Kita juga punya tarian tradisional seperti taro ular tumbuk tanah. Mimpi kita ini bisa menjadi kegiatan tahunan, termasuk nanti kita akan angkat kuliner khas Manokwari," ujarnya.
Menurut dia, Papua Barat sudah memiliki kegiatan rutin tahunan di antaranya hari ulang tahun pekabaran Injil serta hari seni dan budaya. Pihaknya akan memanfaatkan momentum tersebut untuk membangkitkan pariwisata.
Manokwari merupakan salah satu kabupaten tertua di Provinsi Papua dan Papua Barat. Daerah ini pun menjadi pusat peradaban Injil di tanah Papua.
Selain memiliki potensi pariwisata sendiri, Manokwari juga merupakan pintu masuk bagi wisatawan yang ingin berlibur di Kabupaten Pegunungan Arfak serta Taman Nasional Teluk Cenderawasih di Teluk Wondama.
Baca juga: Masyarakat adat akan kelola tambang emas di Manokwari
Baca juga: 735 pasien COVID-19 di Papua Barat dinyatakan sembuh
Baca juga: Freeport-Unipa kerja sama teliti pemanfaatan lahan tailing
Pewarta: Toyiban
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2020